Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pekerja Migran Indonesia, Solusi Ekonomi dan Perangkap Eksploitasi

28 September 2024   08:54 Diperbarui: 29 September 2024   13:47 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru tiba antre untuk pengecekan suhu tubuh di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/5/2020). | ANTARA FOTO/M N Kanwa via Kompas.com

Dalam pandangan sosial kritis, migrasi sering kali dipandang sebagai konsekuensi langsung dari ketimpangan ekonomi yang dihasilkan oleh sistem kapitalisme global. Sistem ini menciptakan ketimpangan produksi dan distribusi kekayaan di berbagai negara. 

Negara-negara berkembang, seperti Indonesia, sering kali mengalami masalah struktural seperti ketimpangan agraria, keterbatasan akses terhadap tanah, sumber daya, dan peluang ekonomi. Ketimpangan ini menciptakan kondisi di mana sebagian besar penduduk di pedesaan tidak memiliki akses ke lahan pertanian yang produktif atau pekerjaan yang layak di sektor lain, sehingga memaksa mereka mencari alternatif ekonomi di negara lain sebagai pekerja migran.

Ketimpangan agraria dilihat sebagai salah satu penyebab utama migrasi dari pedesaan ke negara-negara yang menawarkan pekerjaan dengan bayaran yang lebih baik. Sektor pertanian di Indonesia, misalnya, mengalami masalah struktural akibat penguasaan tanah oleh segelintir elit atau perusahaan besar, sementara sebagian besar petani kecil hanya memiliki sedikit tanah untuk dikelola. 

Selain ketimpang penguasaan lahan, kondisi berikutnya juga adalah krisis iklim dan lingkungan, yang turut menyebabkan rendahnya pendapatan di sektor agraria dan pertanian, sehingga banyak kelas pekerja pedesaan terpaksa mencari pekerjaan di luar negeri, hanya sekedar untuk bertahan hidup, meskipun tanpa mengikuti prosedur resmi.

Selain itu, ketidakmampuan negara dalam memberikan layanan pendidikan yang memadai juga menjadi faktor yang memicu terjadinya migrasi non prosedural. Calon pekerja migran yang berasal dari daerah pedesaan sering kali tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar tenaga kerja formal, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap bujukan agen-agen perekrutan ilegal yang menawarkan pekerjaan di luar negeri tanpa melalui jalur resmi.

Penutup: Upaya Melindungi Pekerja Migran

Kompleksitas masalah migrasi non prosedural juga tidak bisa dilepaskan dari kebijakan negara yang sering kali hanya bersifat regulatif dan kurang menyentuh akar masalah. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan untuk melindungi PMI, baik sebelum, selama, maupun setelah bekerja di luar negeri. Undang-Undang Pekerja Migran Indonesia (UU PMI) mencakup perlindungan hukum, sosial, dan ekonomi bagi pekerja migran. 

Pemerintah, melalui kebijakan migrasi, sering kali hanya berfokus pada pengaturan visa, deportasi, dan pengawasan terhadap PMI di luar negeri, namun kurang memberikan perhatian pada penyebab struktural yang mendorong terjadinya migrasi ilegal. Tanpa mengatasi ketimpangan ekonomi di daerah pedesaan, serta memperbaiki sistem perekrutan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap agen-agen perekrutan ilegal, migrasi non prosedural akan terus berlangsung.

Pemerintah perlu mengatasi akar penyebab migrasi, seperti ketimpangan agraria, memperkuat regulasi perekrutan, serta memberikan perlindungan dan pendidikan yang lebih baik bagi calon pekerja migran. Dengan demikian, migrasi non prosedural dapat diminimalisir, dan hak-hak pekerja migran dapat lebih terlindungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun