Hal ini dapat memicu ketegangan emosional dan memperburuk kondisi mental pengguna, terutama jika mereka tidak mampu mengelola perasaan dan emosi mereka secara efektif.
Dalam menghadapi dampak negatif ini, pendekatan manajemen risiko menjadi penting untuk diterapkan guna mengelola ketidakpastian dan ancaman yang ditimbulkan oleh technostress.Â
Manajemen Risiko Technostress
Manajemen risiko adalah pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman.Â
Dalam konteks technostress, manajemen risiko melibatkan upaya untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi atau menghindari risiko yang mungkin timbul akibat penggunaan smartphone.
Menurut Hinsa Siahaan (2009), manajemen risiko adalah praktik yang melibatkan pemanajemen risiko menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko sebuah proyek.Â
Dalam kasus technostress, risiko yang dimaksud dapat berupa stres berlebihan, penurunan produktivitas, atau masalah kesehatan mental. Untuk mengelola risiko tersebut, individu perlu mengambil beberapa langkah strategis.
Pertama, penghindaran risiko adalah strategi yang dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan smartphone. Ini dapat dilakukan dengan menetapkan batasan waktu harian untuk penggunaan smartphone atau mengurangi frekuensi penggunaan aplikasi tertentu yang dianggap dapat memicu technostress.Â
Menghindari risiko tidak berarti menghilangkan penggunaan smartphone sepenuhnya, tetapi lebih pada mengontrol penggunaannya agar tidak mengganggu keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.
Kedua, mengurangi efek negatif risiko dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberdayaan diri dan pengolahan sumber daya yang ada.Â
Salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif dari technostress adalah dengan memperkuat keterampilan manajemen waktu dan pengaturan prioritas.Â
Dengan demikian, individu dapat mengelola waktu penggunaan smartphone dengan lebih efektif dan fokus pada aktivitas yang lebih produktif dan bermanfaat.