Melalui semangat tersebut, Koperasi Kredit membangun kekuatan anggota dan masyarakat berdasarkan filosofi pemberdayaan Raiffeisen, yaitu “hanya orang miskin yang dapat mengatasi kesulitannya sendiri” dengan cara menabung dari apa yang ada pada orang miskin, kemudian dipinjamkan kembali kepada mereka untuk pengembangan ekonomi rumah tangga.
Solidaritas dalam Koperasi Kredit terwujud dalam semboyan "Anda susah, saya bantu; saya susah, Anda bantu." Semangat ini menjiwai seluruh kegiatan koperasi, termasuk simpan teratur, pinjam bijaksana, dan angsur tepat waktu agar tercipta tolong-menolong di antara sesama anggota dan masyarakat sekitar.
Solidaritas ini juga menyadarkan anggota untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga melayani dan membantu orang lain demi kebaikan bersama.
Kehadiran Koperasi Kredit tidak hanya membangun ekonomi anggotanya tetapi juga memberikan nilai tambah secara sosial dan budaya.
Koperasi ini menjadi wadah dialog kehidupan, menumbuhkan harkat dan martabat anggota. Oleh karena itu, Koperasi Kredit membutuhkan inovasi dan terobosan baru agar dapat terus berkembang dan dicintai oleh anggotanya.
Tantangan dan Masalah dalam Koperasi Kredit
Namun demikian, visi agung Koperasi Kredit tidak akan terealisasi jika para anggotanya bersikap pasif. Salah satu masalah krusial yang dihadapi adalah kredit macet. Kredit macet atau non-performing loan (NPL) adalah kredit yang terlambat dicicil atau berpotensi tidak dilunasi oleh debitur.
Kredit macet merupakan "kanker" yang dapat mematikan pertumbuhan dan perkembangan Koperasi Kredit karena anggotanya tidak mampu melunasi kredit sesuai kesepakatan.
Masalah ini timbul dari berbagai faktor seperti pendapatan yang tidak mencukupi, penggunaan pinjaman untuk kegiatan konsumtif, pemahaman anggota yang terbatas, dan budaya "gali lubang tutup lubang."
Salah satu tantangan besar lainnya yang dihadapi oleh Koperasi Kredit adalah rendahnya budaya menabung di kalangan anggotanya. Budaya menabung merupakan fondasi penting bagi kestabilan keuangan individu maupun koperasi.
Namun, dalam banyak kasus, anggota Koperasi Kredit masih belum memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menabung. Rendahnya budaya menabung ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendapatan yang pas-pasan, kebiasaan konsumtif, dan kurangnya edukasi tentang pentingnya menabung.
Rendahnya budaya menabung ini mengakibatkan anggota lebih memilih untuk meminjam daripada menabung. Hal ini menciptakan siklus ketergantungan pada kredit yang tidak sehat.