Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Dinasti dan Pragmatisme Partai, Ujian Nilai-Nilai Asia pada Pilkada 2024

13 Juli 2024   01:20 Diperbarui: 13 Juli 2024   01:20 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: KOMPAS/HERYUNANTO

Politik Dinasti dan Pragmatisme Partai: Ujian Nilai-Nilai Asia pada Pilkada 2024

Perdebatan tentang nilai-nilai Asia (Asian Value) kembali mencuat, terutama dalam hubungannya dengan Pilkada serentak pada tanggal 27 November 2024 mendatang. 

Nilai-nilai Asia, yang sering kali ditekankan oleh para pemimpin dan cendikiawan di Asia Timur dan Asia Tenggara, berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap proses demokrasi ini. 

Dalam kontek ini, nilai-nilai Asia akan diuji dalam dinamika politik elektoral Pilkada, yang sarat dengan isu-isu seperti politik dinasti, oligarki politik, pragmatisme partai politik, dan pendangkalan demokrasi.

Salah satu nilai yang sering disebut dalam konteks nilai-nilai Asia adalah penghormatan terhadap otoritas. Di banyak negara Asia, otoritas dianggap sebagai pilar penting dalam menjaga stabilitas dan keteraturan sosial. 

Namun, dalam praktik politik, nilai ini sering kali diterjemahkan menjadi bentuk-bentuk politik dinasti , di mana kekuasaan politik diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam satu keluarga. Tradisi politik keluarga yang kuat ini sering kali bertentangan dengan prinsip meritokrasi yang diusung oleh nilai-nilai Asia seperti pencapaian akademik dan kerja keras.

Di Indonesia, fenomena ini sangat jelas terlihat, dengan banyaknya anggota keluarga politisi yang mencalonkan diri atau menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan.

Laporan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukan bahwa, dari total 580 kursi DPR, 138 kursi atau sekitar 23.8% diisi oleh anggota yang memiliki hubungan darah atau kekerabatan dengan petahana atau mantan petahana (https://nasional.kompas.com, 2024).

Penelitian oleh CSIS menunjukkan bahwa dinasti politik tidak selalu berkinerja lebih baik dalam hal pemerintahan atau pertumbuhan ekonomi, dan dikritik karena dianggap menghambat regenerasi politik dan mereduksi kualitas demokrasi. 

Politik dinasti sering menjadi cara partai politik untuk bertahan dan mengamankan kursi mereka dalam pemerintahan. Alasan utama partai politik mengandalkan dinasti adalah karena dinasti memiliki sumber daya finansial yang besar atau oligarki, memiliki akses politik yang luas, dan popularitas atau elektabilitas tokoh yang tinggi .

Penelitian oleh CSIS tersebut mengkonfirmasi watak dan karakter pagmatisme partai politik di Indonesia sebagai penyokong utama politik dinasti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun