Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Laut Kita yang Tak Asin Lagi?

9 Juni 2024   17:31 Diperbarui: 9 Juni 2024   17:34 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.kompas.id, 23 April 2018 

Keempat, iklim dan cuaca di Indonesia yang lembab dan berawan dapat menghambat produksi garam. Cuaca buruk dapat menyebabkan gagal panen yang signifikan, mencapai hingga 90%. 

Kelima, teknologi pengelolaan garam di Indonesia masih jauh dari maju. Produksi garam rakyat bergantung pada teknologi penguapan yang tidak efisien dan tidak dapat memenuhi kebutuhan industri.

Karena itu, peningkatan kualitas garam lokal di Indonesia menjadi penting dan mendesa untuk dilakukan. Penggunaan teknologi modern seperti penyemprotan (spray) dan penggunaan geomembran dapat mempercepat proses kristalisasi garam, memungkinkan waktu produksi yang lebih singkat dan meningkatkan kualitas garam (Akbar ett al, 2023).

Pengembangan teknologi ulir filter (TUF) juga dapat meningkatkan kualitas garam dengan menggunakan evaporasi air laut dengan bantuan sinar matahari pada petakan-patakan berseri dalam proses penuaannya material alam yang berperan sebagai filter. Pemberian bantuan alat geomembran kepada petani garam dapat memperbaiki teknologi geoisolator yang selama ini dipakai, sehingga meningkatkan kualitas garam rakyat (Hendarto, 2020).

Penggunaan sensor dan kontrol, seperti yang digunakan dalam sistem SHASA, dapat membantu memantau dan mengatur proses produksi garam secara otomatis, mengurangi pengaruh cuaca buruk dan meningkatkan kualitas garam (https://www.its.ac.id, 26 November 2021 ).  Selain itu, pengembangan lahan produksi garam dapat meningkatkan luas lahan yang tersedia untuk produksi garam, sehingga meningkatkan jumlah produksi garam lokal. Pengawasan kualitas garam lokal melalui uji laboratorium dapat membantu memastikan bahwa garam yang dihasilkan memenuhi standar nasional untuk kebutuhan industri. 

Penutup

Hari Laut Sedunia seharusnya menjadi momentum bagi kita untuk merenungkan dan bertindak demi keberlanjutan laut dan sumber dayanya. Ironi di balik laut kita yang tak lagi asin ini harus diatasi dengan inovasi dan kebijakan yang tepat. 

Dengan memanfaatkan teknologi modern dan memperbaiki teknik produksi, Indonesia dapat meningkatkan produksi dan kualitas garam lokal. Tentunya tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani garam lokal dan menguatkan ketahanan ekonomi nasional.

Laut kita yang luas seharusnya mampu menjadi sumber garam yang melimpah. Dengan upaya bersama, kita dapat mengembalikan asin laut kita, memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun