Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Kemiskinan dan Rantai Pekerja Anak

6 Juni 2024   15:19 Diperbarui: 11 Juni 2024   17:30 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pekerja anak. (Sumber Gambar: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK))

Kejadian serupa juga ditemukan di negara lain. Investigasi BBC mengungkapkan pekerja anak di perkebunan melati di Mesir, di mana anak-anak berusia antara 5 hingga 15 tahun bekerja bersama orang tua mereka untuk mendapatkan penghasilan yang sangat minim, tidak sebanding dengan harga jual bahan baku ke perusahaan parfum Eropa (Kompas.id, 30 Mei 2024).

Menurut data UNICEF dan ILO tahun 2021, jumlah pekerja anak di dunia mencapai 160 juta. Pandemi Covid-19 memperparah situasi ini, mengakibatkan banyak keluarga jatuh ke dalam kemiskinan lebih dalam dan memaksa anak-anak mereka untuk bekerja. Data ini mencerminkan betapa seriusnya masalah ini dan kebutuhan mendesak untuk tindakan yang lebih efektif (Kompas.id, 30 Mei 2024).

Pekerja anak tidak hanya kehilangan masa kecil mereka tetapi juga menghadapi kekerasan fisik dan mental. 

Mereka sering kali dipaksa bekerja dalam kondisi berbahaya dan tidak sehat, mengorbankan pendidikan mereka, dan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan yang lebih baik di masa depan. Akibatnya, mereka terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit diputus, melahirkan generasi pekerja anak berikutnya.

Komitmen global untuk mengakhiri pekerja anak telah disepakati, namun implementasi masih menjadi tantangan besar. Banyak pemerintah dan perusahaan belum sepenuhnya memenuhi janji mereka untuk memastikan rantai produksi bebas dari pekerja anak. 

Pemerintah harus memastikan penegakan hukum yang lebih ketat, dengan pemantauan rutin di sektor-sektor yang rentan terhadap pekerja anak seperti pabrik, usaha kecil, dan industri rumah tangga. 

Sanksi yang tegas harus diberlakukan bagi mereka yang melanggar. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan risiko pekerja anak harus ditingkatkan melalui kampanye yang melibatkan berbagai pihak, termasuk media dan LSM.

Program pendidikan harus diintegrasikan dengan program kesejahteraan sosial, subsidi pendidikan untuk memastikan bahwa keluarga miskin tidak harus mengandalkan pendapatan dari pekerja anak. 

Memutus lingkaran setan pekerja anak adalah tantangan kompleks yang membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus bersatu untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi dan mereka memiliki akses ke pendidikan yang layak serta masa depan yang lebih baik. 

Hanya dengan kerja sama yang komprehensif dan berkelanjutan, kita dapat mengakhiri siklus kemiskinan dan pekerja anak yang mengancam masa depan jutaan anak di seluruh dunia.

Dalam menghadapi masalah pekerja anak, tanggung jawab kita tidak hanya berhenti pada pengawasan dan pemberian sanksi, tetapi juga pada upaya pencegahan yang proaktif melalui pendidikan, peningkatan kesejahteraan keluarga, dan kolaborasi internasional yang kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun