Pada tanggal 17 Mei yang lalu, dua peringatan penting yang jarang disadari banyak orang. Hari Buku Nasional dan World Telecommunication and Information Society Day (WTISD).Â
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kedua peringatan ini memiliki tujuan yang saling berkaitan dalam meningkatkan literasi dan menyebarkan pengetahuan.Â
Buku sebagai sumber ilmu pengetahuan, fondasi literasi, kebudayaan dan peradaban telah menginspirasi lahirnya hari Buku Nasional. Buku mengajarkan kita untuk membaca, menulis, dan berpikir kritis.Â
Lahirnya WTISD diperingati dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembangunan masyarakat modern.
Dalam konteks era digital, buku dan TIK memiliki peran krusial dalam mendorong literasi dan mengatasi disrupsi informasi. Ketika kita berbicara tentang literasi, buku dan TIK sebenarnya memiliki tujuan yang sama: memberikan akses kepada pengetahuan dan informasi.Â
Sejak ditemukan, buku telah menjadi sumber utama pengetahuan. Buku memberikan konten yang terstruktur dan diverifikasi, yang esensial dalam pendidikan formal.Â
Bayangkan seorang anak yang tumbuh dengan membaca buku; melalui buku, ia tidak hanya belajar membaca dan menulis, tetapi juga diajak untuk berpikir kritis.Â
Buku memberikan konteks yang mendalam tentang berbagai topik, memungkinkan pembaca untuk memahami isu-isu kompleks dengan cara yang lebih terperinci.
Misalnya, dalam pelajaran sejarah, buku teks menawarkan narasi kronologis yang mendalam tentang peristiwa masa lalu, membantu siswa memahami sebab dan akibat dari berbagai kejadian. Dengan membaca buku, siswa diajak untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang kredibel.
Kemudian lahirnya TIK telah merevolusi cara kita mengakses informasi. Internet dan media sosial memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi secara instan, dari mana saja dan kapan saja. WTISD menekankan pentingnya TIK dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berpengetahuan.