Jika tidak berlebihan, penulis memparafare pandangan Noeleen Heyzer dalam Afan Gaffar (2006: 203) bahwa, terdapat tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh intermediary aktor yakni, pertama, mendukung dan memberdayakan.Â
Kedua, meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerja sama dan kolaborasi. Ketiga, ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan (Afan Gaffar, 2006: 203).
Dengan demikian, dalam konteks ini, presidential club sebagai wadah dan forum ekslufif para mantan presiden untuk berdiskusi dan bertukar pikiran terkait isu-isu strategis bangsa dapat berhasil jika Prabowo memiliki kepiwaian sebagai aktor penengah atau jembatan.Â
Kepiwaian berdiplomasi dalam membangun komunikasi dan dialog  di antara para mantan presiden. Membangun kultur kenegarawan para mantan presiden untuk saling mendukung dan meberdayakan dalam menentukan arah pembangunan Inonesia ke depan.
Dengan berperan sebagai intermediary aktor, maka kemudian klub ini diharapkan dapat berperan sebagai wadah para negarawan untuk berpikir secara serius bagi pembangunan nasional.
Negarawan Club: Melampaui Presidential Club
Para mantan presiden: Megawati, SBY, dan Jokowi, bukan sekedar tokoh politik Indonesia, lebih dari itu mereka adalah Negarawan. Namun mereka memiliki hubungan yang terkadang rumit.Â
Konflik masa lalu dan ketegangan politik mempengaruhi dinamika hubungan mereka. Sebagai negarawan sejati, mereka seharusnya mampu meletakkan perbedaan politik dan ego pribadi di samping demi kepentingan yang lebih besar.Â
Negarawan adalah sosok yang sepenuh jiwa raga mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara, kaya gagasan untuk memandu bangsa ke depan, disertai keluhuran budi pekerti dan laku teladan arif bijaksana.Â
Kata orang Jawa seorang negarawan memiliki watak: "sepi ing pamrih rame ing gawe, yang artinya tidak mengharapkan imbalan atau balasan namun tetap sungguh-sungguh dalam bekerja (Bharoto, Kompas 6 September 2021).Â
Atau kata orang Flores-Nagekeo, pemimpin itu harus: "mosa ngai laki zede" (pemimpim yang arif dan bijaksana), "mosa modhe laki pawe" (pemimpin yang baik), "mosa milo laki lina" (pemimpin yang bersih), "mosa kisa, ma'e mosa wisa" (pemimpin yang adil dan tidak memihak).
Ketegangan politik di antara mereka bukanlah sikap seorang negarawan sejati. Seorang negarawan sejati adalah tokoh yang sudah selesai dengan dirinya,ia fokus pada kepentingan kolektif rakyat.Â