Praktik pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan selama masa kehamilan, kurangnya akses keluarga terhadap makanan bergizi, serta terbatasnya akses ke air bersih dan sanitasi semuanya dapat berkontribusi pada risiko stunting (Mulyaningsih, et all, 2021).
Dwan Vilcins, peneliti dari Child Health Research Centre, The University of Queensland, Australia, dalam laporannya di Annals Global Health pada 2018 menjelaskan bahwa, masalah lingkungan seperti sanitasi yang buruk dan pencemaran lingkungan juga merupakan faktor penting dalam risiko stunting.
Infeksi yang sering terjadi atau kronis dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan mengurangi asupan makanan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stunting.Â
Selain itu, polusi udara dan zat kimia berbahaya seperti logam berat dapat berdampak langsung pada pertumbuhan anak dan kesehatan ibu hamil.
Lebih jauh lagi, stunting juga terkait erat dengan kondisi kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia menurut data terkini menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sekitar 25,9 juta orang (kompas.id, 15 Januari 2024).Â
Kalau di Indonesia, kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah (https://www.djkn.kemenkeu.go.id, 12 September 2022).
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi rendah atau miskin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting.Â
Hal ini terkait dengan akses terbatas terhadap sumber daya, termasuk akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan yang memadai. Kemiskinan juga dapat memperburuk kondisi lingkungan tempat anak dibesarkan, seperti sanitasi yang buruk dan pencemaran lingkungan (kompas.id, 10 April 2023).
Dengan demikian, pemerintah diharapkan dapat mencegah masalah stunting agar tidak menjadi masalah yang genting di masa depan. Diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi.Â
Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting tidak hanya mencakup aspek gizi dan kesehatan, tetapi juga melibatkan perbaikan lingkungan dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan sumber daya.