Di antara gemerlap panggung politik, kita disuguhkan pilihan: pilih 1, 2 atau 3? Kendati di balik tirai retorika dan janji manis, terselip kenyataan pahit: ketiga kandidat adalah bagian dari lingkaran elit oligarki yang sama. Mereka terjebak dalam jaringan kepentingan pribadi dan kekuasaan, memiliki visi yang membawa Indonesia ke arah cengraman oligakri.
Kandidat pertama, tersenyum manis di depan kamera, memamerkan janji-janji muluk tentang perubahan dan kemajuan. Namun, di belakang tirai, ia terikat pada ikatan politik dan bisnis yang mengikatnya pada kepentingan elit.
Kandidat kedua, berbicara dengan percaya diri tentang keberlanjutan reformasi dan perubahan. Namun, dalam rekam jejaknya, kita melihat hubungan erat dengan korporasi dan kepentingan bisnis yang bertentangan dengan kesejahteraan rakyat.
Kandidat ketiga, menawarkan citra keberanian dan keadilan. Namun, di bawah lapisan retorika, ia juga terjerat dalam lingkaran elit yang sama, menjadikan kekuasaan dan keuntungan pribadi sebagai prioritas utama.
Pilih 1, 2 atau 3? Di mana suara yang memperjuangkan kebenaran dan kesejahteraan rakyat? Di mana suara yang berseru untuk perubahan nyata dan penghapusan ketidakadilan?
Pemilu bukan sekedar memilih yang baik dari yang terburuk, karena lantaran pilihan 1, 2 dan 3 tidak ada yang baik, tapi malah jauh lebih buruk.
Kita mesti menolak kediktatoran elit oligarki, dan mencari pemimpin yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok kecil yang berkuasa. Itu berarti menolak memilih 1, 2, dan 3.
Kita dihadapkan pada pilihan sulit, karena sedari awal kita sudah dibuat sulit. Partai-partai yang mengendors 1, 2,dan 3 adalah partai oligarki, membatasi rotasi kandidasi kepemimpinan nasional yang menguntungkan kantung-kantung mereka. Tidak ada partai yang benar-benar mewakili kepentingan 273,8 juta jiwa manusia.
Pemilihan tahun 2024 akan membawa perubahan dalam karier politik pemenangnya, serta pengaruh terhadap gengsi dan rezeki keluarga, teman, dan kerabat terdekatnya. Namun, bagi mayoritas penduduk Indonesia, dari yang kelas atas hingga kelas bawah, situasinya tetap sama seperti sebelumnya, tanpa perubahan signifikan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H