Mohon tunggu...
Nature

Ilegalkah Membawa Tanaman di Dalam Pesawat?

24 Agustus 2018   01:00 Diperbarui: 25 Agustus 2018   13:18 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di zaman sekarang ini, kita dipenuhi oleh kemajuan teknologi di segala bidang dengan manfaat yang berbeda-beda. Segala kebutuhan sangat mudah kita dapatkan, seolah tidak ada lagi yang susah dengan adanya teknologi ini. Kemajuan teknologi dalam cabang bioteknologi pun dapat terlihat. Contohnya adalah kultur jaringan. Karena kultur jaringan menjadi sesuatu yang trending di antara para petani dan ilmuan tentu saja kasus-kasus yang menyangkut topik pembahasan ini banyak dan sangat beragam. Salah satu kasus yang kita akan bahas adalah suatu negara memanfaatkan kultur jaringan untuk mengambil gen atau plasma nutfah dari negara lain agar dapat dikembangkan di negaranya sendiri. Tetapi sebelum kita dapat menilai kasus tersebut kita perlu mengetahui apa sih kultur jaringan itu? 

Kultur jaringan terdiri dari 2 kata yaitu kultur yang berarti budidaya dan jaringan yang berarti sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan adalah mengisolasi suatu bagian dari tanaman, contohnya beberapa sel ataupun jaringan, kemudian ditumbuhkan dengan kondisi aseptik hingga tanaman itu dapat memperbanyak dirinya dan menjadi suatu tanaman yang utuh kembali. Dengan kata lain telah dibuktikan oleh Vasil dan Hildebrandt (1965) bahwa sel-sel tunggal memiliki kemampuan untuk membelah diri dan tumbuh menjadi tanaman yang lengkap.

Sejarah perkembangan kultur jaringan ini sudah dimulai sejak penemuan teori totipotency oleh Schwann dan Schleiden (1838) yang menyatakan bahwa semua sel bersifat otonom dan dapat bergenerasi menjadi tanaman yang utuh. Setelah itu ada seorang ahli botani yang bernama Haberlandt yang kemudian mengungkapkan teroi baru yang berisi bahwa jaringan-jaringan tumbuhan dapat diisolasikan kemudian dapat dikultur yang pada akhirnya akan menjadi tanaman normal. 

Tentu saja lingkungan dan nutrisinya harus mirip maka dilakukan pemanipulasian. Haberlandt kemudian melakukan uji coba terhadap teori ini pada tahun 1902 namun usaha itu mengalami kegagalan. Kemudian antara tahun 1907-1909 Harrison, Burrows, dan Carrel berhasil mengkulturkan jaringan manusia dan hewan secara in vitro.

Kemajuan yang sangat penting dalam kultur jaringan terjadi pada tahun 1960-an dimana ditemukan isolasi enzimatik dan kultur protoplas. Metode ini melibatkan pembuangan dinding sel dengan siapan selulase dan pektinase murni, sambil mengatur pengembangan protoplas menggunakan osmotikum eksternal.  Koloni sel terbentuk dari Protoplas yang dikulturkan meregenerasikan dinding baru, dan akhirnya membentuk plantlet (Takebe, Labib dan Melchers, 1971). Akhir-akhir ini pada umumnya Teknik kultur jaringan digunakan untuk kepentingan komersial dan memperbanyak tanaman. Kemungkinan keberhasilan menggunakan Teknik ini akan meningkat jika menggunakan jaringan meristem. 

Mungkin anda bertanya mengapa yang kita gunakan dalam teknik kultur jaringan ini adalah jaringan meristem? Berikut adalah penjelasannya yang detail. Karena jaringan meristem adalah jaringan muda yang membelah secara terus-menerus, mempunyai dinding sel yang tipis, plasma yang penuh, serta vakuola-vakuola kecil. Karena pembelahan yang terus-menerus ini, diperkirakan bahwa jaringan ini mempunyai zat yang dapat mengatur pembelahan. Dan pembelahan inilah yang sangat diperlukan dalam Teknik kultur jaringan. Istilah lain dari Teknik ini adalah in vitro (Latin) yang berarti "di dalam kaca". In vitro berarti melakukan suatu prosedur memlihara jaringan secara buatan di luar individu yang bersangkutan. Dengan kata lain metode ini adalah pembiakkan yang dilakukan di suatu wadah yang tembus pandang. Dengan melihat teori-teori tersebut, kultur jaringan seharusnya dapat dilakukan untuk semua jenis jaringan karena berdasarkan teori totipotency yang aku sebut tadi, semua sel memliki potensi genetik seperti zigot untuk memperbanyak diri dan akhirnya berdeferensiasi menjadi tanaman yang lengkap.

Apa sih sebenarnya keunggulan kultur jaringan daripada metode-metode lainnya? Keunggulan dari Teknik kultur jaringan dari aspek waktu cukup baik karena waktu yang dibutuhkan relatif singkat dan cepat daripada metode lainnya. Walaupun tanaman yang dihasilkan akan memiliki kemiripan fisiologis dan morfologis dengan induknya, tanaman tersebut akan bersifat unggul. Dan ini adalah sesuatu yang baik dan handal karena dapat meningkatkan devisa suatu negara, contohnya dengan mengekspor tanaman kultur jaringan ke negara lain. Manfaat-manfaat lain yang kita dapat adalah seperti:

  • Menghasilkan tanaman-tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat dengan ciri-ciri yang sama dengan induknya. Ini dapat menjadi suatu keunggulan yang sangat penting bagi para petani yang ingin "time efficient."
  • Menghasilkan tanaman yang bebas dari penyakit dan virus. Ini tentu menjadi impian para ilmuan dan petani karena bisa membawakan banyak manfaat di masa depan khususnya di bidang obat-obatan.
  • Menciptakan tanaman baru melalui penggabungan plasma dari sel-sel yang berbeda namun tetap satu spesies lalu menumbuhkannya.
  • dapat melestarikan tanaman-tanaman yang terancam punah contohnya aggrek yang untungnya berhasil di selamatkan dari kepunahan berkat Teknik ini.
  • mempertahankan keaslian sifat-sifat tanaman.
  • Dapat mengubah sifat-sifat sesuai keinginan.

Namun dengan adanya sisi positif dari sesuatu pasti dibaliknya ada sisi negatif sama seperti dengan adanya terang pasti ada kegelapan. Jika tidak ada kelemahan dari Teknik seperti ini pasti kita akan berpikir "this must to good to be true." Kelemahan dari Teknik ini tidak mudah terlihat namun sebenarnya ada. Mari kita simak kelemahan-kelemahan tersebut.

  • Biaya yang dikeluarkan di awal proses Teknik kultur jaringan relatif mahal karena berhubungan dengan produk-produk yang berbau kimia. Oleh karena biaya perawatannya yang sangat tinggi itu banyak sekali perusahaan yang belum bisa menerapkan teknik ini.
  • Karena kultur jaringan bukan sekedar melihat, menerapkan, dan melakukan teknik ini dapat digolongkan relatif susah dan hampir mendekati rocket science yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki keahlian khusus. Banyak ilmuan yang melakukan ini dan mengalami "trial and error."
  • Tanaman perlu hidup di habitatnya untuk memperoleh perlindungan, nutrisi, dan CO2 yang cukup dan sudah terbiasa dengan lingkungannya yang lembab dan aseptik (suatu keadaan dimana sesuatu terbebas dari mikroorganisme yang menyebabkan penyakit) oleh karena itu tanaman yang dikembangkan dengan metode kultur jaringan perlu melalui sebuah proses yang bernama acclimatization. Yaitu sebuah proses penyesuaian fisiologis atau adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

Sekarang karena kita sudah mengetahui kelemahan dan keunggulan dari tiknik ini kita perlu tahu apa saja yang diperlukan dalam kultur jaringan. Pentingnya perlu tahu ini adalah untuk menjawab topik pembahasan sebelumnya. Tentu saja karena ini Teknik yang lumayan rumit namun membuahkan hasil yang baik perlu ada suatu laboratorium dengan segala fasilitas yang lengkap agar suasana aseptik dapat tercipta.

Selanjutnya, tahap-tahap kultur jaringan sebenarnya tidaklah rumit, hanya terbagi dalam 5 tahap secara umum. Tahap-tahapnya serta penjelasan singkatnya secara berurutan adalah sebagai berikut ini adalah:

  • Tahap persiapan yang meliputi persiapan ruangan laboratorium, alat-alat yang akan digunakan, serta tanaman dan media untuk tanaman tersebut.
  • Tahap berikutnya adalah tahap inisasi kultur yang memuat tahap penanaman awal yang memerlukan beberapa minggu untuk melihat perkembangan eksplan sebelum lanjut ke tahapan berikutnya.
  • Tahap ketiga ini adalah multiplikasi tunas. Setelah eksplan tumbuh setelah beberapa minggu maka akan muncul tunas-tunas. Tunas-tunas tersebut akan diambil kemudian dipisahkan dari ujung tunas yang sudah ada yang telah menghasilkan ruas dan buku baru; tunas-tunas lateral; tunas adventif; serta dengan cara embrio somatik.
  • Selanjutnya ada tahapan pemanjangan tunas, induksi akar tunas, dan perkembangan akar. Tunas-tunas sebelumnya membentuk bagian-bagian tanaman yang lengkap dan akan menghasilkan planlet yang kemudian akan dipindahkan ke media yang mengandung zat pengatur tubuh.
  • Dan tahap yang terakhir adalah aklimatisasi yaitu pemindahan plantlet dari kondisi terkontrol di dalam botol ke lingkungan luar. Kondisi luar yang sangatlah tidak stabil dan rentan bagi plantlet-plantlet tersebut. Maka, plantlet tidak langsung dipindahkan ke lapangan melainkan ke tempat yang terbuat dari kaca. Kondisi lingkungan tersebut seperti suhu dan kelembaban udara secara perlahan diubah hingga menyamai dengan kondisi naturalnya. Tahap ini memang perlu dilakukan agar siap dipindah ke lingkungan semula.
    unnamed-5b7fbdc7bde575582030a70a.jpg
    unnamed-5b7fbdc7bde575582030a70a.jpg

Karena kita sudah mengetahui teori dari kultur jaringan ini mari kita bahas khasus sebelumnya. Jadi menurut saya di zaman yang segala sesuatu mudah ini, tidaklah salah kalau kita dapat memelihara suatu tanaman yang tidak berasal dari negara kita sendiri untuk konsumsi pribadi. Tetapi kalau misalkan tanaman luar negeri itu digunakan untuk kepentingan komersial tentu akan terjadi suatu masalah. Pertama karena mereka ingin mencari keuntungan darinya dan kedua, bisa jadi mereka mengambil suatu tanaman negara lain dan mengakui kalau tanaman tersebut merupakan tanaman khas negara itu. Namun perlu juga kita melihat masalah ini dari sisi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun