[caption id="attachment_130564" align="alignleft" width="300" caption="Salah satu fosil ulin koleksi saya. "][/caption] Hati-hati menyelam, karena banyak bahaya menanti seperti buaya, ikan buntal, labi-labi, tapah besar, dan banyak lagi. Peringatan yang perlu kita indahkan sebagai seorang penyelam, karena memang bahaya senantiasa menanti. Bagi orang Dayak di pedalaman Kalimantan Barat, aktivitas menyelam di sungai sudah menjadi kegiatan rutin harian. Mirip seperti mencari ikan lainnya dengan memancing atau mengail, memasang pukat, bubu, tengkora (perangkap ikan), atau menjala. Sungai-sungai yang sebagian masih berhasil dijaga kealamiannya, masih menyediakan ikan-ikan segar yang berprotein tinggi. Itu sebab saya sangat bersyukur dilahirkan sebagai orang Kalimantan. Keterampilan berenang dan menyelam kami peroleh secara alami. Tidak perlu ikut kursus atau pelatihan seperti orang-orang kota, hehe. Tapi jangan takut untuk menyelam, apalagi di musim kemarau ini. Selain mencari ikan, udang, labi-labi, ada yang tak kalah serunya dari menyelam. Apa itu? Mengoleksi serpihan rangkakng tebelian yang konon sudah puluhan hingga ratusan tahun terendam di dasar sungai. Bentuk, warna, dan ukurannya bervariasi. Ada yang menyerupai puri, pegunungan, jangkar, totem, dan lain sebagainya. Indah, unik, serta memiliki karya seni dengan nilai estetika sangat tinggi karena terbentuk secara alami. Rangkang tebelian, merupakan sebutan dalam bahasa Dayak Simpakng. Artinya kurang lebih: fosil kayu ulin yang sudah terendam lama di dasar sungai. Pengalaman saya mengumpulkan rangkang tebelian pernah membuat saya tidak percaya. Karena setelah dibersihkan tapi dibiarkan tetap alami, artinya tanpa ada polesan ataupun modifikasi. Eeeeh...dua orang bule nyasar asal Polandia dan Belgia tertarik dan menawar harga untuk rangkang yang berukuran 17 cm x 15 cm itu, dengan harga 637 US$ (dollar Amerika). Kalau dirupiahkan berkisar Rp 6 juta-an. [caption id="attachment_130565" align="alignleft" width="300" caption="Mirip dinosaurus, kan? Eksotik!"][/caption] Ah ngeramput gumam saya. Tapi si bule mendesak terus dan terus, saya pun menahan karena sangat sayang. Akhirnya si bule pulang dengan kecewa, namun berpesan kalau dapat lagi, langsung kasi saya ya, katanya dengan penuh harap. Sekarang ini telah banyak rangkang tebelian yang terkumpul di galeri pribadi saya. Nama untuk masing-masing rangkang saya sesuaikan dengan bentuk, warna, dan dari kedalaman berapa mendapatkannya. Untuk dapat melihat jenis rangkang tebelian yang telah terkoleksi, silakan datang di galeri saya, di Balai Berkuak, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, "Galeri Kualan Balai Pinang". ISODORUS HELWIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H