Mohon tunggu...
Helvi Wijayanti
Helvi Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibadah sebagai Batu Ujian

26 Mei 2024   09:46 Diperbarui: 26 Mei 2024   09:49 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Seperti yang disampaikan Rasulullah saw di setiap khotbahnya beliau senantiasa berpesan agar segenap kaum muslimin selalu berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Itulah sebabnya di dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita meningkatkan keimanan dan taqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Seseorang yang tulus beribadah berarti sadar akan dirinya dan tahu persis di mana sebenarnya ia sedang berada. Iya sadar bahwa ia sedang hidup di alam yang fana, yaitu dunia. Dan bagi orang yang beriman tahu persis bahwa dunia bukanlah terminal akhir kehidupan. Dunia juga bukan tempat parkir selamanya. Tetapi dunia adalah persinggahan sementara untuk mempersiapkan bekal masa depan yang sebenarnya, itulah negeri akhirat, itulah masa dengan manusia yang hakiki.

Secara tegas Alquran menyatakan:

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ وَاِ نَّ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ لَهِيَ الْحَـيَوَا نُ ۘ لَوْ كَا نُوْا يَعْلَمُوْنَ

wa maa haazihil-hayaatud-dun-yaaa illaa lahwuw wa la'ib, wa innad-daarol-aakhirota lahiyal-hayawaan, lau kaanuu ya'lamuun

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 64)

Kehidupan di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang abadi atau terminal yang terakhir. Sedangkan dunia adalah "batu loncatan" untuk kesana. Maka bagi manusia itu mutlak harus mempersiapkan bekal-bekalnya dari sejak dini, dari sejak di dunia.

Barang siapa di dunia menanam biji delima kelak akan tumbuh buah delima, menanam pohon rawe kelak akan tumbuh buah rawe. Artinya yang menanam kebajikan akan memetik buah kebajikan dan sebaliknya yang menanam kejahatan akan memetik buah kejahatan pula. Barang siapa yang selama hidupnya berlaku ingkar akan ajaran Allah, hidup sebagai manusia kebenaran niscaya kelak akan datang di hadapan Allah sebagai seorang pemberontak layaknya, iya datang di hadapan rajanya sebagai yang terpidana. Iya datang menyandang kehinaan yang hanya mencelakakan dirinya sendiri, ia datang tidak memperoleh ridho Allah, sehingga parkir terakhirnya adalah tempat yang paling buruk dan paling menyakitkan, itulah neraka.

Berbeda halnya dengan mereka yang datang dengan damai yang senantiasa hayatnya di dunia rajin menabung untuk kepentingan akhiratnya. Mereka dengan tekun dan tulus telah membekali diri dengan melakukan ibadah kepada Allah. Maka merekalah yang nantinya pantas menerima panggilan indah dari Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firmannya surat Al-Fajr ayat 27-30:

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ 

yaaa ayyatuhan-nafsul-muthma-innah

"Wahai jiwa yang tenang!"

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً 

irji'iii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."

فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى 

fadkhulii fii 'ibaadii

"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"

وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى

wadkhulii jannatii

"dan masuklah ke dalam surga-Ku."

Dengan bermacam cobaan dan ujian dalam hidup ini Allah berkehendak menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang paling istimewa. Allah telah membekali kepada manusia dengan berbagai macam potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lain kecuali kita manusia. Manusia dibentuk dengan berbagai macam unsur yang multi kompleks, yang di dalamnya tersedia unsur gharizah (naluri), syahwat, nafsu, akal, ikhtiar dan iradah. Atau dengan kata lain manusia adalah makhluk yang paling sempurna baik susunan jasmaninya maupun rohaninya sekaligus dilengkapi berbagai macam sarana dan fasilitas yang tersedia di permukaan bumi ini yang semuanya sudah tentu menuntut suatu konsekuensi logis atau "pertanggungan jawab" yang nanti harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

Semoga kita bisa menjadi seorang manusia yang selalu bertaqwa dan selalu mencari ridho Allah untuk mencapai akhirat dengan damai. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Sumber: M. Husain Rifa'i Hamzah. Khutbah Jum'at Cahaya Iman. Mekar. Surabaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun