Mohon tunggu...
Helmy Wicaksono S.
Helmy Wicaksono S. Mohon Tunggu... -

write to learn..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nada-nada Politik

14 Juni 2012   18:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sih yang tak tahu musik? Hampir semua orang tahu dan suka dengan musik. Sekumpulan nada yang dipadu sedemikian rupa menimbulkan keindahan yang ditangkap oleh telinga. Orang menyukai musik karena sifatnya yang universal. Semua orang tanpa pandang bulu boleh menyukai musik.

Musik ternyata tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan belaka. Saat ini musik dapat digunakan untuk berbagai hal. Mulai dari terapi rasa sakit, membantu tumbuh kembang bayi (musik klasik), dan dapat pula digunakan sebagai media komunikasi plitik.

Media komunikasi politik? Ya, musik dapat digunakan untuk itu. Terutama lewat lagu. Banyak lagu yang isinya mengenai sindiran dan kritik bagi pemerintah, ataupun “curahan hati” rakyat kepada wakil-wakilnya yang terhormat. Lagu dipilih karena dapat menjangkau setiap lapisan masyarakat. Sehingga pesan yang disampaikan dapat didengar banyak orang.

Lagu sebagai media komunikasi politik biasanya digunakan oleh rakyat kecil, yang tidak bisa menggunakan partai politik ataupun media massa sebagai sarananya. Sudah banyak penyanyi Indonesia yang menggunakan lagu sebgai media komunikasi politik. Salah satu yang terkenal adalah Iwan Fals. Sudah banyak lagu sindiran politik yang menjadi hits lahir di tangan beliau.

Tahu lagu Wakil Rakyat? “Wakil rakyat, seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat”. Isi lagu itu adalah sindiran Iwan kepada wakil rakyat kita yang sering tertengkap sedang tidur saat sidang maupun rapat di DPR. Atau lagu Dunia Politik yang berisi tentang kekacauan perpolitikan di Indonesia? Tentu saja selain Iwan Fals banyak lagi orang yang “berpartisipasi politik” melalui lagu.

Kasus yang cukup fenomenal adalah Bona Paputungan. Residivis Lapas Gorontalo ini mendadak terkenal karena mengupload video klip lagunya yang berjudul Andai Aku Jadi Gayus di situs Youtube. Lagu ini berisi tentang betapa enaknya Gayus yang walaupun sudah menjadi tersangka kasus korupsi, masih dapat berwisata kemanapun dia mau. Sementara dirinya saat dipenjara tidak bisa berbuat apa-apa.

Tentu saja mencuatnya lagu ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah yang terkesan lembek dalam penanganan kasus-kasus besar - terutama korupsi - di Indonesia. Akibatnya, tekanan masyarakat ke pemerintah saat itu untuk menuntaskan kasus Gayus sangat besar. Ini membuktikan bahwa lagu dapat menjadi media yang cukup efektif untuk komunikasi politik. Nada-nada politik yang didendangkan oleh rakyat sepatutnya didengarkan, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun