Sekarang Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang membuat segala aktivitas menjadi lebih mudah. Akibat adanya revolusi industri 4.0 menyebabkan dampak negatif dan dampak positif. Dampak positifnya adalah lebih mudah untuk berkomunikasi dan menjalankan aktivitas. Sedangkan dampak negatifnya adalah membuat kebutuhan hidup manusia menjadi lebih besar atau disebut dengan  budaya konsumtif.
Manusia memiliki banyak kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Kebutuhan manusia dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer yaitu kebutuhan yang paling penting untuk mempertahankan hidup secara layak seperti pakaian, makan, dan tempat tinggal. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang digunakan untuk membahagiakan diri seperti hiburan, dll. Sedangkan kebutuhan tersier yaitu kebutuhan yang digunakan untuk meningkatkan harga diri atau gengsi, dan inilah yang akan memunculkan budaya konsumtif pada manusia.
Budaya konsumtif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti adanya dorongan atau motivasi yang tinggi untuk membeli suatu produk, barang atau jasa tanpa memikirkan faktor rasionalnya. Dipengaruhi juga oleh faktor usia, manusia dengan usia remaja akan lebih konsumtif daripada orang dewasa. Keadaan ekonomi juga mempengaruhi budaya konsumtif, karena manusia yang memiliki ekonomi tinggi akan lebih konsumtif daripada manusia yang memiliki ekonomi rendah akan lebih berhemat.
Budaya konsumtif ini yang sangat besar dipengaruhi oleh adanya revolusi industri 4.0, dengan adanya revolusi ini membuat semua kegiatan transaksi akan lebih mudah. Hanya dengan menggunakan gadget barang yang kita inginkan bisa sampai ke tujuan. Cara membayarnya juga mudah, bisa dengan bayar langsung setelah barang datang ataupun bisa ditransfer melalui bank, Alfamart, Indomaret, dll. Dengan mudahnya transaksi online juga bisa menimbulkan dampak negatif dan dampak positif. Dampak positifnya yaitu kita tidak perlu susah keluar rumah ataupun keluar kota hanya ingin membeli suatu barang yang diinginkan, tetapi dampak negatifnya yaitu akan banyak penipuan dengan adanya transaksi online tersebut.
Dengan adanya kemudahan dalam bertransaksi akan membuat manusia lebih cenderung suka belanja online, tetapi dengan adanya budaya konsumtif akan membuat manusia membeli barang bukan sesuai kebutuhan, melainkan sesuai keinginan saja atau bisa disebut sebagai kebutuhan tersier. Budaya konsumtif akan menimbulkan suatu pemborosan karena mengikuti mode yang sedang beredar.
Lantas apa yang perlu dilakukan orang tua agar anak bisa membentengi dirinya untuk tidak melakukan budaya konsumtif?
Peran keluarga agar anak tidak mengikuti budaya konsumtif yaitu dengan penanaman nilai pada anak. Keluarga merupakan unit terkecil dan sebagai lembaga pertama bagi anaknya. Keluarga bisa mengajarkan anaknya untuk hidup hemat dan tidak memanjakan anaknya, agar anak tidak terbiasa membeli barang sesuai keinginan akan tetapi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu menghindari hadiah dan perayaan yang berlebihan untuk anaknya. Sebaiknya tanamkan pada anak betapa berharganya ungkapan dari hati dibandingkan dengan pemberian hadiah. Dan juga bisa melalui konsumsi makanan yang sehat tetapi tidak mahal.
Penanaman nilai itu tergantung dari keluarganya itu sendiri. Itu semuanya akan mengajarkan anak begitu pentingnya hidup mandiri dan kreatif. Hal tersebut akan bisa mengurangi hidup konsumtif bagi anak. Dan keluarga juga bisa mengajarkan anak bedanya kebutuhan primer, sekunder dan tersier, agar anak bisa mengerti jika membeli barang sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan.
Semoga kita semua bisa menanamkan nilai-nilai karakter agar kita bisa terhindar dari adanya budaya konsumtif. Peran keluarga sangat penting untuk mengurangi budaya konsumtif bagi anaknya. Dan bisa mengajarkan anak untuk membeli barang sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H