Mohon tunggu...
Helmy Fahruroji
Helmy Fahruroji Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Guru Bahasa Indonesia di sekolah swasta daerah Bogor. Alumni FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan Bogor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anarkisme, Seks Bebas dan Kurikulum 2013

12 Desember 2012   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:46 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13553524481989576772

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan oleh perbuatan para pelajar di Indonesia tentang maraknya tawuran antarpelajar. Tawuran pelajar adalah fenomena lawas yang baru terekspos oleh media dan pemerhati pendidikan. Masalah kekerasan dalam ruang lingkup para pelajar memang sudah ada sejak lama seperti pemalakan oleh senior kepada juniornya di lingkungan sekolah. Namun, semakin lama semakin brutal dan bukan hanya pemalakan terhadap juniornya tapi munculnya gengsi, arogansi, dan asumsi tentang meraih atau mempertahankan kekuasaan dengan mengatasnamakan instansi pendidikan.

Setiap pelajar dari salah satu sekolah mulai berkoalisi dengan sekolah lain yang memiliki tujuan sama, yaitu, mencari kemenangan atas sekolah lain. Semakin banyak dan sering ia memperoleh kemenangan, maka, mereka semakin memperluas kekuasaan. Dengan kekuasaan tersebut muncullah langkah untuk mencari pemimpin sebagai leader dalam setiap menentukan gerakan. Pemimpin tersebut biasanya dipilih berdasarkan yang paling berani dan kuat.

Setelah beberapa saat masalah tawuran pelajar mereda karena sekolah menerapkan sistem reward and punishment yang ketat terhadap siswanya demi menjaga nama baik sekolah. Kini, muncul maraknya sex bebas di kalangan pelajar, bahkan sampai terlintas dalam benak beberapa siswa untuk mengadakan 'Arisan PSK'. Arisan PSK ini dibuat seperti halnya arisan pada umumnya, yang membedakan adalah pemenang bukan mendapatkan uang akan tetapi ia dapat menikmati PSK yang disewa dengan uang arisan tersebut.

Sudah sedemikan terpuruknya mental para pelajar pada umumnya, meskipun pada tidak semua pelajar seperti itu. Apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia?... Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut sekolah jelaslah bukan satu-satnya instansi yang dapat dipersalahkan walaupun kenyataannya demikian. Orientasi negatif dominan mengarah pada instansi pendidikan dan pendidiknya. Padahal latar belakang dan peran keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan mental dan pikiran anak didik. Hal yang menjadi awal terjadinya kesalahpahaman ialah pihak orang tua menyerahkan secara keseluruhan kepada sekolah untuk membentuk karakter, sifat, sikap, dan mental anaknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut pemerintah membentuk kurikulum baru yang bernama Kurikulum 2013 untuk menggantikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang belum lama berjalan. Pemerintah berharap dengan kurikulum yang di dalamnya tercantum strategi untuk membangun karakter dan budi pekerti siswa menjadi lebih baik. Yang menjadi permasalahan apakah KTSP merupakan produk gagal atau guru tidak mampu untuk mengaplikasikannya, atau bahkan ada faktor-faktor lain yang menyebabkan kegagalan karena tidak ada sinergi di dalamnya. Semoga dengan adanya kurikulum baru tersebut instansi pendidikan, pendidik, dan siswa dapat menemukan sinergi positif yang menjadikan pendidikan Indonesia semakin maju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun