[caption id="attachment_324638" align="aligncenter" width="300" caption="slemania.or.id"][/caption] PSS Sleman mungkin jarang kita jumpai beritanya di media nasional. Hanya tim kabupaten di utara provinsi kota Jogja yang memiliki teritorial yang tak luas juga. Hanya berada di kasta kedua liga Indonesia tepatnya divisi utama di bawah liga super Indonesia. Namun kabupaten ini memiliki kisah inspiratif dari klub sepak bolanya yang didirikan pada 20 mei 1976 ini, berikut rangkumannya. [caption id="attachment_324639" align="aligncenter" width="300" caption="slemania.or.id"]
[/caption]
PSS beraksi pertama kalinya dalam sebuah turnamen yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta Turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di DIY yang digunakan sebagai ajang seleksi tim Pra PONDIY pada tahun1976 ini merupakan debut resmi PSS. Dalam turnamen ini PSS berhasil menduduki runner up setelah kalah dari Pesiba Bantul 0-2. [caption id="attachment_324640" align="aligncenter" width="300" caption="slemania.or.id"]
[/caption]
tiga tahun kemudia PSS Sleman baru masuk ke dalam kompetisi resmi PSSI tepatnya divisi IIA. Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara berkelanjutan. PSS, sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah saat itu. Slamet Riyadi, M. Ansory, Anang Hadi, Fachrudin, Ade Cristian, M. Eksan, Fajar Listiyantoro dan M. Muslih adalah nama nama nasional yang dicetak dari pembinaan kompetisi lokal di PSS Sleman. Singkat cerita dengan perjuangan yang hebat dan panjang PSS akhirnya naik ke kasta tertinggi setelah menjadi runner up di tangerang pada tahun 2000 dengan M Eksan sebagai top score pada turnamen itu. [caption id="attachment_324641" align="aligncenter" width="300" caption="slemania.or.id"]
[/caption]
Masuk ke kasta tertinggi PSS menjadi sorotan publik sepak bola Indonesia pada waktu itu. "Giant Killing" sepertinya tepat menjadi jargon PSS waktu itu. Tim tim besar liga Indonesia tunduk di stadion tridadi Sleman. Tahun 2003 dan 2004 menjadi prestasi paling membanggakan untuk PSS. Dengan format satu wilayah PSS Sleman berada di posisi 4 besar dua tahun berturut turut. Namun sayang setelah itu badai melanda PSS Sleman. Seiring dicabutnya dana APBD dan melemahnya kompetisi lokal di PSS tim ini menurun peformanya. PSS terancam bangkrut dan akhirnya ditinggalkan banyak pemain pilar nya dan stadion baru Maguwoharjo kala itu terasa lengang apalagi PSS harus turun kasta ke kasta kedua. Hilangnya sumber dana APBD menjadi bencana badai financial bagi rata rata tim tim Indonesia termasuk PSS Sleman. Lalu bagaimana mereka bisa bertahan? [caption id="attachment_324642" align="aligncenter" width="300" caption="eljakaskus.com"]
[/caption] Mencari sponsor untuk tim kabupaten atau tim yang kurang ternama tentu saja sangat sangat sulit apalagi tim di kasta kedua. Sponsor mungkin akan mudah datang untuk club dengan basis masa yang besar dan dengan nama besar. Aura nafas baru dari tribun selatan (brigata curva sud) PSS Sleman ini membantu loyalitas Slemania menyelamatkan PSS Sleman. Dengan stlye baru dengan ideologi baru dan kreatifitas seperti koreo yang menarik mendenyutkan lagi nyawa stadion PSS Sleman yang mulai ramai dan penuh. [caption id="attachment_324643" align="aligncenter" width="300" caption="eljakaskus.com"]
[/caption]
"No Ticket No Game" akhirnya lahir dari tribun PSS Sleman dengan kesadaran membantu keuangan club dengan cara sederhana kesadaran membayar ticket. Cara ini terbukti ampuh dan efektif, edukasi yang menyebar seantero Sleman ini membuat orang kini malu masuk tanpa ticket di tangan. Dengan ini PSS tumbuh menjadi tim mandiri yang dapat membayar gaji pemain tepat waktu bahkan bisa berinvestasi. Sebuah gerakan edukasi yang baik menyelamatkan sepak bola Indonesia, yang sepertinya PSSI malah belum pernah mengedukasi tentang pentingnya membeli ticket untuk club. Disamping itu mereka juga membuat unit usaha untuk menambah sumber dana untuk PSS Sleman seperti contohnya apparel sendiri bernama sembada. [caption id="attachment_324645" align="aligncenter" width="300" caption="eljakaskus.com"]
[/caption] Keamanan dan kenyamanan tentu juga harus dibina. Ya chants yang sering mengintimidasi supporter lain dengan kata kata kasar tidak kita temui di Sleman. Fokus mendukung tim bernyanyi lantang 90 menit dengan semangat kebersamaan menjadi roh tersendiri bagi PSS. Keluarga pun menjadi nyaman ketika anak anak dengan bangga melantunkan chants chants PSS Sleman yang malah kadang berbahasa asing menambah pengetahuan bahasa mereka. Supporter yang benar benar fokus untuk tim bukan ajang kuat kuatan fisik yang bisa dibilang pemikiran kolosal supporter yang sudah patut kita tinggalkan. [caption id="attachment_324647" align="aligncenter" width="300" caption="bcspss.com"]
[/caption] Semangat ini yang akhirnya mendapat simpati dari dunia. Sayang memang media lokal lebih gemar menayangkan adegan tawuran dari pada mengangkat edukasi yang baik semacam ini. PSS malah justru nampang di beberapa web dunia, karena semangat membangun sepak bola yang mandiri di tengah badai financial yang menjadi sorotan dunia karena sudah beberapa korban meninggal akibatnya. Sebuah tim kabupaten ini akhirnya mendunia menjadi kebanggan tersendiri sebuah local team yang di bangun dengan kerja keras supporternya.
[caption id="attachment_324649" align="aligncenter" width="300" caption="newspss.com"]
[/caption] [caption id="attachment_285832" align="aligncenter" width="300" caption="newspss.com"]
[/caption]
Inilah yang membuat saya menyukai tim ini ditengah kanan kiri saya yang menyukai tim eropa seperti Madrid, Barcelona, Liverpool, Juventus atau lainya. Karena bukan hanya sepak bola menang atau kalah tapi PSS Sleman mengajarkan saya bagaimana membangun sebuah kebanggaan tim lokal dengan kerja keras dan kreatifitas semangat kebersamaan ditengah keadaan sulit di sepak bola Indonesia. Membangun kebanggaan tim lokal kita sendiri dan mengenalkanya ke penjuru dunia dan mereka bisa membuktikanya. Ketika tim ini jatuh mereka menopangnya, ketika tim ini jauh melangkah mereka mengikuti untuk menjaganya. Dan tuhan saya harus katakan “Thanks God Im Sleman Fans” [caption id="attachment_324653" align="aligncenter" width="300" caption="newspss.com"]
[/caption]
Semoga menjadi inspirasi tim lokal lain di Indonesia Dirgahayu Kebanggaan! #PSS38thFollow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Olahraga Selengkapnya