Mohon tunggu...
Helmi Yansyah
Helmi Yansyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pekerja Survei

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sementara Ini, Engkau Kami Lepas

2 Januari 2015   15:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:58 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu lalu (28/12/2014), karena alasan yang mendesak aku dan istri ku terpaksa menjual emas yang kami miliki. Emas yang kami miliki seberat 20 gram. Emas itu biasa di sebut logam mulia karena berbentuk batangan. Emas itu terdiri dari 2 batang dengan berat masing-masing 10 gram dan di buat oleh ANTAM.

Emas itu sebelumnya kami beli di toko yang sama dua tahun yang lalu. Tetapi kami tidak menyangka. Ternyata harga emas itu lebih murah di bandingkan sewaktu kami membelinya. Dua tahun yang lalu kami membeli kedua batang emas itu dengan harga Rp 560.000 per gram (total Rp 11.200.000). Tetapi sekarang malah harganya turun menjadi Rp 470.000 per gram (total Rp 9.400.000). Jadi secara hitung-hitungan rupiah, kami merugi sejumlah Rp 1.800.000.

Awalnya tujuan kami membeli emas adalah untuk alasan investasi kecil-kecilan keluarga kami. Sesuai dengan literatur yang aku baca. Emas adalah salah satu intrumen investasi. Nilainya tidak akan pernah jatuh (anjlok). Emas akan selalu tetap berharga dari masa ke masa. Emas adalah alat penyimpan kekayaan sangat baik. Emas tidak akan pernah terkena inflasi. Setiap negara pasti menyimpan emas sebagai cadangan kekayaan untuk mengamankan perekonomiannya.

Emas dalam bentuk batangan sangat mudah untuk di pindah tangankan. Ini artinya emas batangan sangat Liquid (mudah untuk di cairkan dalam bentuk uang tunai). Hanya saja kita mesti sangat berhati-hati dalam menyimpannya.

Jika untuk berinvestasi, kenapa kami tidak membeli tanah? Hal itu pernah terlintas dalam fikiran kami. Tetapi sebagai pegawai yang berpenghasilan pas-pasan, emas adalah instrumen yang mudah kami dapatkan. Emas juga tidak sulit untuk di miliki. Kami bisa memecah investasi dengan membeli emas sedikit demi sedikit. Tidak seperti tanah, yang harganya mahal dan butuh proses yang rumit dalam membelinya. Untuk membeli sekapling tanah membutuh uang yang tidak sedikit.

Emas itu idealnya baru bisa di lepas dan akan memperoleh income yang besar memerlukan waktu 5 – 10 tahun. Hal itu sudah kami pikirkan sebelumnya. Tetapi sekali lagi, untuk alasan yang mendesak, maka kami melepaskannya juga untuk sementara. Aku berjanji untuk memilikinya kembali secepatnya.

Bagi teman-teman kompasiana, menurut aku sekarang adalah saat yang tepat untuk membeli emas selagi harganya sedang turun. Aku yakin, harga emas akan naik lagi. Turunnya harga emas saat ini menurut analisaku hanyalah bersifat sementara. Sebagai akibat dari mulai pulihnya perekonomian negeri paman sam. Aku mengambil kesimpulan seperti itu karena ketika kami membeli emas seharga Rp 560.000 per gram, saat itu negeri paman sam dan beberapa negara eropa sedang di landa krisis keuangan. Pada saat itu perusahaan sekuritas di Amerika Lehman Brothers bangkrut. Sehingga mengakibatkan keguncangan ekonomi di Amerika dan Eropa. Sehingga para pemilik modal mengamankan assetnya dengan membeli emas salah satuhya. Permintaan emas yang tinggi berakibat naiknya harga.

Aku percaya harga emas cenderung naik dari waktu ke waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun