Alhamdulillah, pagi ini seluruh Umat Islam (kecuali Muhammadiyah dan sebagian kelompok Islam lainnya yang mulai berpuasa lebih dulu) mulai menjalankan puasa Ramadlan. Kemampuan menjalankan puasa merupakan nikmat terbesar bagi umat Islam. Bagi muslim, Ramadlan adalah bulan penuh keberkahan, penuh bonus pahala, dan penuh kebaikan. Sehingga, semua muslim mendambakan bisa menjalaninya dengan sukses dan efektif. Mereka akan merasa rugi bila melewatkan bulan mulia ini tanpa melaksanakan berbagai aneka kebaikan yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, untuk optimalisasi bulan mulia ini diperlukan manajemen. Manajemen setidaknya melibatkan empat hal; perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan evaluasi. Manajemen bukan hanya ranah ekonomi saja. Tetapi, juga bisa diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan ini. Bila dikaitkan dengan puasa, maka kita akan membahas tentang manajemen puasa. Manajemen puasa dimaksudkan sebagai upaya sistematis untuk optimalisasi dan peningkatan kualitas puasa. Dengan manajemen puasa, diharapkan setiap muslim tidak asal-asalan dalam menjalankan puasa dan tidak sekedar memindah jadwal makan dan minum saja. Manajemen puasa dapat membantu muslim untuk mencapai tujuan berpuasa sebagaimana dicanangkan oleh Allah dalam QS. Al-Baqarah: 183, yaitu agar menjadi Insan bertaqwa.
Pertama, perencanaan puasa. Dalam perencanaan ini, langkah pertama adalah menentukan “Apa tujuan berpuasa?”. Penentuan tujuan adalah sebagai pondasi dasar dan starting point. Tujuan menentukan tahapan-tahapan selanjutnya. Tujuan ini pula yang membedakan kualitas puasa seorang muslim. Bila merujuk pada Al-Qur’an, maka output dari madrasah Ramadlan ini diharapkan menjadi manusia bertaqwa. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Taqwa secara sederhana adalah menjalankan semua perintah dan menghindari semua larangan Allah swt. Momentum puasa ini harus dijadikan momentum untuk revolusi atau reformasi ketaqwaan kita. Bagi muslim yang tidak melaksanakan perintah dan justru melabrak larangan Allah, Ramadlan menjadi momentum untuk revolusi ketakwaan. Sementara bagi muslim yang belum seutuhnya menjalankan perintah dan seringkali melabrak larangan Allah, Ramadlan menjadi mometum reformasi ketaqwaan.
Berangkat dari tujuan yang sudah ditentukan, kita bisa menentukan langkah-langkah apa yang akan dilaksanakan selama bulan puasa ini. Apa yang ingin kita lakukan sebagai aktifitas harian, kita jadikan sebagai agenda harian. Apa yang mampu kita laksanakan seminggu sekali, kita canangkan sebagai agenda mingguan. Dan apa yang hanya bisa kita laksanakan sebulan sekali, kita jadikan agenda bulanan. Sholat tahajjud, sholat Tarawih, sholat Witir, sholat hajat, sholat dluha, sholat sunnah rawatib (sebelum dan atau sesudah sholat lima waktu), tilawah al-Qur’an dan sebagainya bisa dijadikan sebagai agenda harian. Semua aktifitas itu harus ditulis sebagai jadwal harian dan ditempel di tempat-tempat strategis di rumah atau tempat kerja kita agar kita selalu ingat dengan komitmen untuk menjalankan agenda harian tersebut.
Agenda mingguan misalnya “mengajak tetangga, fakir miskin, dan anak yatim untuk berbuka puasa bersama”. Menyediakan makanan untuk puluhan atau ratusan orang tidak semua orang mampu, tergantung kemampuan ekonominya. Oleh karena itu, sejak awal Ramadlan ini, kita menabung dan menyisihkan sebagian harta untuk menyediakan dan membiayai agenda mingguan tersebut. Sementara agenda bulanan (hanya mampu dilaksanakan pada akhir bulan Ramadlan) semisal membelikan pakaian (sarung, baju, kerudung, kopyah, atau mukenah) untuk anak yatim, orang tidak mampu, orang tua kita, saudara-saudara dan tetangga kita. Tentu, agenda bulanan ini sangat berat bagi orang yang secara ekonomi kurang mapan. Tetapi dengan tekad, komitmen yang kuat dan manajemen puasa ini, kita bisa menyiapkan jauh hari agar bisa berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ingat, bukan hanya orang kaya saja yang bisa berbagi kebahagiaan dengan mereka (walau banyak juga orang kaya yang tidak memiliki kepekaan sosial). Kita semua bisa berbagi rezeki, asal dimanaje dengan baik dan disiapkan sejak awal. Inilah yang kita sebut dengan pengorganisasian puasa.
Selanjutnya, agenda harian, mingguan, dan bulanan tersebut harus kita laksanakan dengan sebaik mungkin. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik tanpa ada implementasi tidak ada artinya. Implementasi sering kali menjadi batu sandungan bagi muslim. Rintangan, tantangan, dan hal-hal tak terduga bisa saja menghalangi kita untuk menjalankan semua agenda kita selama bulan puasa ini. Maka, kita harus memohon kepada Allah dengan istiqomah berdo’a agar diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menjalankan puasa ini dengan sebaik-baiknya. Do’a ini sebagai penyeimbang dari usaha yang sudah kita rencanakan.
Terakhir, lakukan evaluasi secara berkala dan kontinue. Agenda harian harus dievaluasi setiap hari. Agenda mingguan juga dievaluasi setiap minggu. Evaluasi ini dilakukan agar dengan cepat kita bisa membenahi kekurangan dan menghilangkan hambatan dalam menjalankan agenda. Jangan sampai kita hanya melakukan evaluasi di akhir Ramadlan saja, sebab bulan Ramadlan ini sangat berharga. Sehingga, kehilangan satu hari saja dari Ramadlan tahun ini, tidak bisa diganti dengan hari-hari lain di bulan-bulan berikutnya. Semoga kita menjadi muslim yang bisa menjalani puasa dan ibadah dengan optimal. Amin.
* Ditulis oleh Helmi Nawali, 01 Ramadlan 1435 H / 29 Juni 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H