Mohon tunggu...
Helmi Ismail
Helmi Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis lepas berdomisili di Bandung, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keraguan akan NFT

5 Februari 2022   22:26 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:27 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan dunia seni di masa-masa sekarang menunjukan booming trend baru dengan hebohnya pemberitaan penjualan NFT (Non-fungible Token). Banyak orang yang sudah berhasil menjual produk visual-estetisnya dengan harga yang fantastis. Sementara itu, tidak sedikit juga orang yang kurang menyukai perkembangan trend seni dalam pasar NFT. Banyak hal yang dapat didiskusikan tentang pertentangan pendapat terhadap perkembangan pasar NFT tersebut.

Nadya Tan (2021) dalam artikelnya yang berjudul "In a World that Undervalues Artists and the Environment --- Are Overvalued NFTs the Solution?" mendiskusikan dan mempertanyakan kelayakan pasar NFT sebagai tempat dilahirkanya para seniman baru dengan ragam karya seni digitalnya. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik pasar NFT yang dalam artikel yang di tulis di theguardian.com, McLaughlin menyebutkan bahwa pasar NFT berbeda dengan model bisnis dalam galeri seni komersial pada umumnya. Pasar NFT memberikan peluang kepada para seniman untuk menjual atau melelang karya seninya secara langsung-online tanpa perantara broker seni seperti yang biasanya terdapat dalam galeri seni. Semua produk NFT dapat langsung diperjual-belikan dan dijual lagi dalam waktu singkat untuk mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga jual. Karakteristik pasar tersebut membuka peluang keterlibatan semua orang dalam pemasaran karya seni rupa dengan tanpa kontrol akan harga karya seni yang diperdagangkan.

Sementara di sisi lain, terlepas dari potensi NFT yang menjanjikan dengan membuka peluang kepada siapapun untuk menjadi seniman dan kolektor, McLaughlin juga menekankan keraguannya tentang kelayakan pasar NFT sebagai dunia seni baru di jaman digital. McLaughlin menyebutkan bahwa karya seni dalam bentuk NFT mungkin bukanlah tujuan akhir. Tujuan utama keberadaan pasar NFT adalah perayaan kemajuan teknologi finansial dan karya seni diposisikan sebagai alat untuk mempromosikan terobosan teknologi tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya kemunculan para seniman NFT yang sebenarnya bukan seniman atau orang yang memang telah banyak menggeluti duni seni dan berkarya seni rupa.

Ragam perbedaan pendapat yang muncul di sisi lain adalah suatu hal yang wajar mengingat kemunculan trend NFT yang masih baru namun telah membuat kejutan dengan ragam record penjualan karya seni yang fantastis. Ragam kritik yang muncul akan mengarahkan pemikiran orang pada ruang diskusi baru yang menarik tentang nilai karya seni rupa yang dapat dipandang relevan dengan perkembangan di jaman sekarang.

Sumber;

https://www.theguardian.com/artanddesign/2021/nov/06/how-nfts-non-fungible-tokens-are-shaking-up-the-art-world

https://medium.com/brown-technology-review/in-a-world-where-we-undervalue-artists-and-the-environment-are-overvalued-nfts-the-solution-f3f8cf170492

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun