Beberapa Perusahaan Ed-Tech di Indonesia
Beberapa tahun ke belakang di Indonesia mulai muncul beberapa perusahaan pendidikan teknologi / ed-tech berbasis e-learning atau online learning, beberapa yang cukup populer menurut pantauan penulis di kalangan tingkat SMA/MA adalah Ruangguru, Pahamify, dan Zenius. Zenius sendiri sebetulnya sudah ada sejak 2007 dan mulai meluncurkan bentuk online (berbentuk website) di tahun 2010. Ruangguru yang awalnya sebuah market place bagi pelajar dan pengajar untuk fasilitas les privat. Pahamify yang diawali dari sebuah kanal Youtube Hujan Tanda Tanya yang membahas beragam pengetahuan dengan bahasa yang sederhana. Hingga per tahun 2020 sendiri, tahun di mana terjadi peralihan proses pembelajaran yang masif dari tatap muka menjadi hampir sepenuhnya daring, muncul satu perusahaan pendidikan yang bertranformasi dari layanan offline learning menjadi online learning, yaitu CoLearn.
Â
Pengalaman Pertama Menggunakan Layanan Belajar Online
Sebagai siswa yang tumbuh di wilayah kabupaten, penulis baru mengenal Zenius di akhir 2014 mengingat perkembangan teknologi pada tahun tersebut belum  begitu "liar" seperti sekarang, mungkin karena belum banyak fasilitas iklan semasif sekarang sehingga ketersebaran informasi masih terbatas.
Saat itu penulis memasuki tahun ketiga di SMA dan mengambil les konvensional yang harganya lumayan menguras kantong untuk sebuah layanan yang sifatnya tidak self-centered learning, ya mungkin karena metode konvensional itu sendiri dan sehingga hanya menonjolkan fasilitas lain seperti seminar motivasi, gathering acara tertentu dan sebagainya yang jika dipikir kembali dirasa kurang begitu berdampak. Hasilnya bagi penulis pribadi tidak begitu maksimal dalam proses pembelajaran tersebut.
Masalah Fitur Foto Soal Aplikasi Belajar
Kembali ke produk perusahaan teknologi di Indonesia, terlepas dari siapa yang memulai terlebih dahulu atau mana yang lebih baik, penulis melihat ada satu hal yang paling penting di industri ini, yaitu informasi yang disampaikan harus benar dan memiliki terbaruan. Jadi tidak hanya sekedar membanggakan kebaruan fitur, tapi isi dari informasi yang disampaikan sendiri harus tepat dan terbaru.
Perusahaan-perusahaan aplikasi belajar yang disebutkan di atas saat ini tengah mengembangkan sebuah fitur foto soal. Sebuah layanan yang dapat digunakan siswa untuk membantu mengerjakan soal yang sedang mereka kerjakan, hasilnya berupa pembahasan soal berbentuk video atau tulisan yang tipe soalnya bisa jadi tepat sama atau memiliki tingkat kemiripan tertentu. Layanan ini menggunakan teknologi yang memungkinkan mesin mencari kecocokan kata kunci antara pembahasan dan soal yang difoto atau diketik manual oleh pengguna.
Penulis mencoba fitur ini dalam rangka untuk mengecek validitas informasi yang disampaikan kepada para siswa. Hal tersebut diawali karena penulis sendiri memiliki ketertarikan di industri e-learning dan saat ini tengah membuat konten kimia di beberapa sosial media, saat ini tengah difokuskan di Instagram dengan nama akun @nanyakimia.
Karena konten yang sedang dibuat penulis saat ini difokuskan ke pembahasan soal, penulis mencoba menggunakan fitur foto soal dari perusahan-perusahaan ed-tech ini sebagai tolak ukur dari konten yang dibuat, tujuannya adalah untuk melihat bagaimana cara pendekatan pengerjaan yang dilakukan dan cara penyampaian pembahasan soalnya.
Sebagai layanan yang membagikan informasi, ketepatan konsep dan keterbaruan informasi menjadi hal yang vital. Penulis sempat mendapatkan 2 soal yang bermasalah dari fitur foto soal aplikasi belajar ini. Satu, penggunaan konsep yang salah dan yang soal kedua tidak ada pembahasan yang jelas terkait jawaban yang diberikan. Miskonsep pembahasan soal tentu bisa berbahaya bagi siapa saja yang mendapat penjelasan yang salah atau tidak jelas. Jika siswa menggunakan video bermasalah tersebut lalu menerapkannya di soal yang dimilikinya, cukup berbahaya jika siswa ini tidak mengecek kembali apa yang ditulisnya dan sekedar meng-copy lalu paste di buku tugasnya.
Meskipun layanan ini gratis di semua aplikasi belajar, tapi mengingat produknya digunakan oleh banyak pengguna sehingga kesalahan seperti ini seharusnya bisa diminimalisasi dengan meninjau ulang video pembahasan oleh orang yang berbeda. Kesalahan penyampaian dalam menjelaskan soal memang bisa terjadi pada semua pengajar atau pembuat video pembahasan. Dengan kondisi demikian perlu ada tim khusus yang mengontrol kualitas pembahasan yang tepat dan menggunakan informasi terbaru, tidak hanya sekedar balapan aplikasi mana yang menjawab soal paling banyak.