Pasca perang Vietnam yang terjadi dalam kurun waktu 20 tahun (1955-1975), banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial di Amerika Serikat, terkhusus dalam hal politik. Negeri Paman Sam tersebut mengalami collapse setelah kekalahannya dalam perang Vietnam tersebut, yang menyebabkan situasi masyarakat disana menjadi kacau dan tidak teratur. Saat-saat dimana kriminalitas semakin meningkat, kesenjangan sosial yang jelas, pengangguran di kalangan pemuda semakin menjamur, hingga moralitas masyarakatnya yang menurun. Hal tersebut merupakan simbol kekecewaan dari masyarakat atas kebijakan dan keputusan pemerintah Amerika selama terjadinya perang Vietnam. Itulah yang tergambarkan secara metaforis dalam film "Taxi Driver (1976)".
Film "Taxi Driver" yang disutradarai oleh Martin Scorsese, dan dirilis pada tahun 1976, tidak hanya berkisah tentang kegabutan seorang supir taksi saja, namun juga disisipkan sindiran politik dan sosial yang cukup kompleks. "Taxi Driver" yang berlatar di Kota New  York, digambarkan sebagai sebuah kota yang berjuang melawan kerusakan moral dan kesenjangan sosial. Karakter utama, Travis  Bickel (diperankan oleh Robert de Niro), adalah seorang veteran perang Vietnam yang kemudian banting setir menjadi seorang sopir taksi. Bickle sendiri mempunyai ambisi untuk menjadi "pahlawan" di kota tersebut dengan cara melakukan pembersihan terhadap sampah masyarakat yang telah menyebar di berbagai sudut kota.
Interaksinya dengan berbagai karakter dalam film  tersebut mencerminkan pandangan politik saat itu. Misalnya, ketika Bickle mulai bertemu dengan Charles Palantine (diperankan oleh Leonard Harris), seorang calon presiden Amerika Serikat dalam Film tersebut, Bickle menganggap bahwa kehadiran Charles Palantine sebagai perusak hubungan antara ia dan kekasihnya, Betsy ( diperankan oleh Cybill Shepherd). Karena Betsy yang merupakan anggota tim pemenangan Palantine, yang kemudian membuat Bickle kesal dan ingin menghabisi Palantine dengan caranya sendiri.  Hal ini merupakan sebuah simbol yang bermakna politis, dimana Travis Bickle digambarkan sebagai tokoh kalangan bawah, yang ingin mendapatkan perhatian dari kalangan menengah (Betsy), namun hal itu tidak bisa digapai karena aturan yang mengekang dari pemerintah (Palantine).
Kemudian dari karakter Tom (diperankan oleh Albert Brooks),  seorang aktivis politik yang mewakili suara kelompok minoritas yang menyerukan perubahan. Hubungannya dengan Bickle  mewakili tumbuhnya kesadaran dan penolakannya terhadap kriminalitas yang menjamur di masyarakat. Bickle yang sudah merasa muak dan membenci ketimpangan tersebut, lalu berambisi untuk melakukan "pembersihan" terhadap sampah masyarakat yang ada di New York, seperti bandar narkoba, gangster, hingga mucikari prostitusi. Dimana kejadian tersebut sebelumnya digambarkan secara apik dan metaforis, dengan scene air hujan yang membersihkan sampah-sampah di jalanan, dimana air hujan itu melambangkan Bickle yang ingin mengakhiri ketimpangan yang ada.
Pertemuan Bickle dengan tokoh lainnya, yaitu Iris (diperankan oleh Jodie Foster), merupakan seorang korban dari ketimpangan tersebut, dimana Iris menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) yang merasa tertekan dengan tindak intimidatif dari si muncikari. Yang kemudian dia diselamatkan oleh Travis Bickle, dengan cara membawanya kabur dari tempat prostitusi itu berjalan. Iris merupakan seorang korban masyarakat yang hidup dalam sistem politik dan hukum yang rusak saat itu.
Tahun 1970-an merupakan masa pergolakan politik besar di Amerika. Negara ini sedang dalam masa pemulihan dari Perang Vietnam, berjuang melawan kerusuhan sipil dan gejolak politik yang terjadi. Isu-isu ini dijalin dengan mulus ke dalam film "Taxi Driver". Selain itu, film  ini secara kritis mengkaji peran media  dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi hasil politik. Keinginan Bickle untuk menjadi pahlawan melalui "aksi konyolnya" mewakili kekuatan individu dalam dunia politik.Â
Film "Taxi Driver" adalah potret menarik yang merepresentasikan politik di Amerika pada tahun 1970-an. Melalui karakter, tema, dan simbol metafora yang disampaikan, film  ini memperlihatkan gambaran masyarakat New York dalam kekacauan dan perjuangan manusia demi keadilan dan kesetaraan. Meskipun film  ini merupakan karya fiksi, namun merupakan dokumen sejarah yang filosofis, yang menceritakan kisah masa lalu Amerika.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H