Di zaman Nabi Muhammad SAW, terdapat beberapa kisah yang bisa danggap sebagai bentuk perundungan, meskipun istilah tersebut tidak digunakan pada masa itu. Berikut adalah beberapa contoh kisah yang relevan:
Bilal bin Rabah
Bilal adalah seorang budak asal Ethiopia yang memeluk islam. Dia mengalami siksaan yang luar biasa dari majikannya, Umayyah bin Khalaf, karena keislamannya. Umayyah menyiksa Bilal dengan cara dijemur di bawah terik matahari dan meletakkan batu besar di dadanya, sambil memaksanya untuk meninggalkan Islam. Namun, Bilal tetap teguh dengan mengucapkan "Ahad, Ahad" (Allah Maha Esa). Akhirnya, Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar as-Siddiq.
Khadijah binti Khuwailid
Istri Nabi Muhammad SAW ini juga mengalami tekanan sosial dan psikologis karena mendukung suaminya dalam menyebarkan Islam. Meskipun tidak dalam bentuk kekerasan fisik, Khadijah menghadapi banyak penghinaan dan ostrasisme dari masyarakat Quraisy yang menolak ajaran Islam.
Abu Dhar al-Ghifari
Abu Dhar adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal karena keberanian dan ketegasannya dalam menyampaikan kebenaran. Setelah masuk Islam, Abu Dhar pulang ke sukunya dan menyampaikan ajaran Islam. Dia mendapat perlawanan keras dari kaumnya dan dipukuli hingga pingsan beberapa kali. Namun, dia tetap gigih dalam menyebarkan islam.
Sumayyah binti Khayyat
Sumayyah adalah salah satu sahabat perempuan Nabi yang pertama kali syahid karena keimanannya. Dia disiksa oleh Abu Jahal dengan cara yang kejam dan akhirnya dibunuh karena menolak meninggalkan Islam. Keberaniannya menjadi simbol keteguhan iman dan ketabahan dalam menghadapi persekusi.
Nabi Muhammad SAW sendiri juga sering kali menjadi sasaran penghinaan, ancaman, dan perlakuan tidak adil dari kaum Quraisy karena ajarannya yang menentang kepercayaan dan kebiasaan mereka. Beliau tetap bersabar dan terus menyebarkan ajaran islam dengan cara yang penuh hikmah dan kebijaksanaan.
Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa bentuk-bentuk perundungan dan penindasan sudah ada sejak zaman dahulu, namun kekuatan iman dan keteguhan hati mampu mengatasi segala bentuk ketidak adilan dan kekerasan.