Mohon tunggu...
Mohammad Helman Taofani
Mohammad Helman Taofani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1982 born, happily married... A devout Pearl Jam fans, love to read, listening to music and watching movies. Write occasionally through my online journal. An avid fan of Italian Football. Going to travel sometime. Willing to travel all around the world. Would like to see the world before I die. Considering to live in another country. Obsessed to master at least five different (international) languange. A proud father of Aksara Asa-Madani.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Antagonista

22 September 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:03 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_265609" align="alignnone" width="500" caption="Moreno kartumerahkan Totti di Piala Dunia 2002. (Foto: Soccernet)"][/caption] Anda ingat Byron Moreno? Penggila bola yang kebetulan penggemar Gli Azzurri, Italia, setidaknya sejak 2002 tentu tak akan pernah lupa. Tragedi tersisihnya Italia oleh Korea Selatan di Piala Dunia 2002 di babak kedua akan lekat dalam memori para penggemar calcio. Dan barang tentu, sorot ada di subjek yang paling kontroversial saat itu, sang pengadil asal Ekuador bernama Byron Moreno. Di pertandingan menentukan tersebut, setidaknya tiga kesalahan fatal yang disematkan oleh kubu Italia ke Moreno. Yang pertama adalah debatable call mengenai proses diberikannya pinalti di awal pertandingan ke tuan rumah (Korsel). Kemudian dianulirnya gol Damiano Tommassi karena dugaan offside. Dan yang paling kontroversial tentu dikartumerahnya Francesco Totti karena dianggap diving. Kubu Italia, yang didukung dengan argumen tayang ulang, melancarkan protes keras. Namun waktu itu pendapat mereka dianggap sepi, bahkan oleh Sepp Blatter yang balik mengecam Azzuri karena bersikap tak sportif. Imbasnya memang melebar, beberapa menuduh FIFA berkonspirasi muluskan jalan tuan rumah (dengan Spanyol dan Portugal layangkan protes serupa kala lawan Korsel)*. Tuduhan lain, Italia adalah korban dengan banyaknya keputusan absurd yang diambil, dan diamini oleh Blatter atas rendahnya kualitas penjaga garis. Namun bagi rakyat Italia, antagonista utamanya adalah wasit Byron Moreno. Sebagian besar sepakat bahwa errori terbesar saat itu adalah pada sosok pengadil bermata sendu asal Quito, Ekuador. Bagi peminat bola dunia, mungkin tak begitu riuh soal Moreno, karena memang secara tradisi, Italiano adalah "whiner". Namun, sosok Moreno belakangan mulai terungkap paska Piala Dunia 2002. Meski Blatter tak mengakuinya*, Moreno sebetulnya adalah sosok penuh skandal. Tepat sehabis Piala Dunia, di Liga Ekuador, ia dihukum larangan memimpin untuk 20 pertandingan setelah secara kontroversial memberikan injury time selama 13 menit (dari waktu asli yang hanya 6 menit). Ekstra 5 menit itu cukup bagi tuan rumah Deportiva Quito untuk balikkan skor dari tertinggal 2-3 diwaktu normal, menjadi 4-3 dengan gol penyeimbang dicetak pada menit 99, dan gol kemenangan di menit 103. Moreno melengkapinya dengan menuliskan laporan palsu di laporan pertandingan. Ketika masa skorsing habis, di pertandingan perdananya Moreno langsung membuat sensasi. Ia mengartumerahkan 3 orang pemain, kali ini Deportivo Quito yang dibantunya di kejadian sebelumnya. Hanya dihukum sekali pertandingan, namun itu cukup untuk memaksanya mundur dari wasit. Celah kontroversi di atas sebetulnya menjadi dorongan angin bagi klaim Italia atas buruknya kepemimpinan Byron Moreno di Piala Dunia 2002. Terbukti bahwa Moreno memang tak layak pimpin partai sekelas Piala Dunia, ketika di liga lokalpun ia sedemikian kontroversial. Dan blow terakhir bagi Moreno, ia kedapatan selundupkan 6 kilogram heroin kala berusaha masuk ke Amerika Serikat via bandara JFK International, di New York hari Selasa (21/9) kemarin.* Sekarang rakyat Italia setidaknya bisa sedikit berlega, bahwa antagonista mereka selama ini memang tidak salah alamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun