Psikoanalisa merupakan salah satu pendekatan psikologi yang dianggap paling komprehensif dalam teori, metode dan teknik psikoterapi. Psikoanalisa pula yang mengetengahkan konsep ketidaksadaran, saat dunia psikologi (aliran fungsionalisme dan strukturalisme; yang kemudian berkembang menjadi psikologi behavioristik dan gestalt) sedang berfokus meneliti aspek kesadaran manusia. Saat ilmu pengetahuan menekankan pada objektivitas dan metode ilmiah, Freud tampil dengan teori klinis yang dibangun melalui model studi kasus yang investigatif.
Bagi saya, psikoanalisa merupakan kenalan pertama saya dalam psikologi. Saya terpesona, terkesima sekaligus ngeri karena merasakan kedalaman inti ketidaksadaran. Ketidaksadaran merupakan sisi-sisi gelap diri, insting merusak, need yang emosional dan pengaruh masa lalu yang lumayan dahsyat memengaruhi kepribadian, isi komunikasi dan cara adaptasi individu. Hingga suatu saat saya pernah membayangkan bahwa jika seseorang ingin memiliki kepribadian yang sehat, maka orang tersebut harus menyelam terlebih dahulu dalam alam bawah sadarnya, menghancurkan berhala yang ada di dalamnya, memunguti sisi diri yang terpecah dan terhempas untuk kemudian muncul kembali ke alam sadar dengan sepenuh hati karena telah siap untuk merangkai dan menyusun bagian-bagian diri yang terpecah dan terbelah.
Kedalaman teori psikoanalisa tak lepas dari latar belakang 83 tahun kehidupan dan 50 tahun kerja keras Freud dalam pengembangan teorinya. Teori Freud dikembangkan melalui pengalamannya sebagai dokter yang menangani histeria, perkenalannya dengan Charcot (ahli hipnosis) dan Breuer (rekan kerja Freud dalam menerapkan metode talking cure). Kisah kedekatan Freud dengan ibunya, ketakutan Freud terhadap kematian, kehidupan seksnya yang hambar serta derita Freud pada 33 kali operasi rahang melengkapi teori psikoanalisa Freud. Istilah dan teori Eros-thanatos, Oediphus complex, mimpi dan agresi serta berbagai istilah dalam mekanisme pembelaan ego menggambarkan konsep-konsep yang tidak jauh dari latar belakang kehidupan pribadi Freud. Satu fakta yang menarik yaitu bahwa Freud melakukan sendiri analisis terhadap dirinya setiap hari. Hal ini diberlakukan pula bagi calon psikoanalis, bahwa mereka haruslah menjalani terlebih dahulu terapi psikoanalisa di bawah supervisi psikoanalis senior.
Psikoanalisa telah menyederhanakan struktur pribadi dengan membaginya menjadi komponen id, ego dan superego. Masing-masing dengan sifat dan perannya menentukan perilaku, kepribadian dan pola adaptasi dan interaksinya dengan dunia. Ketiganya merupakan komponen yang telah “menyempurnakan pribadi” seorang individu (teori perkembangan psikoseksual). Sehat dan terganggunya mental seseorang ditentukan sejak lima tahun pertama kehidupan seorang individu. Tentu saja banyak hal yang tidak bisa diingat, namun trauma dan keberhasilan individu pada tahap usia tersebut sebagian besar akan masuk dalam alam bawah sadarnya. Dengan demikian, untuk mengatasi gangguan kepribadian, perlu dilakukan pelacakan ke alam pengalaman tidak sadar untuk menemukan kembali “si anak kecil berusia 5 tahun”. Metode asosiasi bebas dan analisis mimpi merupakan dua contoh metode terapi Freud dalam psikoterapinya.
So far, psikoanalisa telah menjadi grand theoryyang kerap juga dijadikan pisau analisis bagi studi tentang politik, ekonomi, politik, sastra dan pengetahuan sosial lainnya. Sepemahaman saya, dalam praktik konseling, mau tidak mau konselor akan bersentuhan dengan teori dan istilah yang diciptakan oleh Bapak Freud. Memahami psikoanalisa tidak akan ada ruginya, walau kadang kita akan senyam-senyum saat membahas fase anal, misalnya…). Tidak ada kebaikan dan keburukan yang hanya berada pada satu tempat. Nikmati saja teori psikoanalisa, sambil sesekali “mencocokkan diri” dengan bermacam-macam ego defense mechanism…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H