LOKA CERITA
Sinar mentari menerobos paksa celah-celah jendela kamar Loka. Cahayanya yang menyilaukan menerpa wajah gadis dengan kulit sawo matang tersebut hingga membuatnya mau tak mau membuka mata. Fokus Loka langsung tertuju pada jam dinding dengan gambar karakter Doraemon yang terpasang di dinding tengah kamarnya. “Loh, udah hampir jam 7, nih. Gawat aku bisa terlambat!” Dengan panik dan nyawa yang masih berusaha ia kumpulkan sepenuhnya, Loka akhirnya bangkit dari ranjang untuk menuju kamar mandi.
Loka terkadang merasa beruntung memiliki jendela kamar menghadap Timur karena cahaya mentari lebih ampuh membangunkannya daripada suara alarm yang memekikan telinga. Loka paling tidak suka silau namun ia tahan pada suara berisik. Sebenarnya kejadian bangun terlambat sudah menjadi kebiasaan buruk bagi Loka. Bukan tanpa sebab, gadis berambut hitam lurus sebahu itu sering kesiangan karena ia tidur hingga larut untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Maklum, gadis yang telah duduk di bangku SMA ini sudah memasuki kelas 12 yang mengharuskannya belajar lebih keras.
Setelah Loka menyelesaikan mandi kilatnya, ia siap berangkat menuju Simpang Lima untuk berkumpul bersama komunitasnya. Hari ini adalah hari minggu. Hari yang seharusnya menjadi momen untuk Loka bermalas-malasan dan bangun siang. Namun hari minggu ini terasa spesial karena tiap minggu pertama pada awal bulan Loka akan selalu berada di Komunitas Loka Cerita.
Komunitas Loka Cerita, “Loka” yang memiliki arti tempat, tempat untuk berbagi sebuah cerita. Loka Cerita adalah sebuah komunitas bagi para pecinta buku yang memiliki anggota dari segala umur dan kalangan. Acara rutin yang dilakukan pada komunitas ini adalah berbagi sebuah cerita mengenai buku yang telah dibacanya pada sebulan terakhir. Mengulas isi buku dan memberikan penilaian pada kelebihan serta kekurangan buku menjadikan komunitas terasa mengasyikkan.
Loka telah bergabung pada komunitas ini sejak kali pertama Loka Cerita didirikan. Niat awalnya, ia penasaran dan merasa lucu ada sebuah komunitas yang memiliki nama sama dengannya. Loka Cerita dan ia Loka Harsana. Namun, lama kelamaan Loka merasa nyaman di komunitas ini hingga merasa sayang jika memutuskan untuk keluar maka ia memilih untuk tetap bertahan dan rutin mengikuti pertemuan.
“Ma, Loka pergi dulu, ya,” pamit Loka pada mamanya yang tengah menyiram tanaman di pekarangan depan rumah.
“Iya, hati-hati, nak. Bukunya jangan lupa dibawa!” Mama Loka mengingatkan anaknya agar tidak lupa membawa buku. Yah, asal kalian tahu Loka adalah orang yang pelupa apalagi ketika ia sedang terburu-buru.
“Udah, kok. Aman. Ini bukunya.” Loka menunjukkan sebuah buku bersampul merah. Buku yang nantinya akan ia ulas pada pertemuan nanti.
“Loka pergi ya, ma. Assalamualaikum” kata Loka yang dijawab mamanya dengan “Waalaikumsalam.”
Sesampainya di lokasi pertemuan, Loka langsung menghampiri teman-temannya dan untuk ikut bergabung. Dilihatnya jumlah yang hadir pada pertemuan kali ini lebih banyak dari pertemuan sebelumnya hingga mencapai 10 orang. Memang anggota dari komunitas ini tidak lebih dari 20 orang karena ini merupakan komunitas yang baru ada kurang lebih 1 bulan yang lalu. Jika yang hadir lebih dari 10 orang maka itu sudah termasuk luar biasa mengingat kebanyakan dari anggota komunitas ini memiliki urusan dan kepentingan masing-masing yang membuat mereka tak sempat hadir.