Senjaku perlahan menuju peraduan
Pun, terganti sapaan sang rembulan
Ditemani gemerlap bintang bertaburan
Angin menari menerpa diri
Beriring malam menghampiri
Tersuguhkan sunyi nan pekat
Semakin larut, semakin pekat
Menutup hari nan penat
Sunyi malam ini begitu pekat
Dari yang datang biasanya
Yang sudah lama menjadi teman
Mengantar angan tanpa sekat
Menari-nari beriring kabut
Malam kusut nan sekelam jelaga
Selalu berhasil mengundang resah
Resah akan fatamorgana dunia
Dalam resah, tersisip banyak tanya
Namun, bibir ini enggan bertutur
Takut akan merusak suasana
Bila bertutur apa yang dirasa
Ya...
Bibir ini memilih bungkam
Menyimpan kata-kata itu dalam diam
Meski itu akan merusak jiwanya
Bertatap pada kanvas malam
Tersirat akan sebuah makna
Mengabaikan tiap pelik yang mendera
Biarlah tersimpan indah dalam benak
Hitam mengakhiri malam
Dengan tersisip doa pada angin yang menari
"Semoga lekas sirna segala nestapa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H