Mohon tunggu...
yosia
yosia Mohon Tunggu... Mahasiswa - yosia

Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Sebuah Doa

15 Mei 2023   21:24 Diperbarui: 15 Mei 2023   21:41 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Senjaku perlahan menuju peraduan
Pun, terganti sapaan sang rembulan
Ditemani gemerlap bintang bertaburan

Angin menari menerpa diri
Beriring malam menghampiri
Tersuguhkan sunyi nan pekat
Semakin larut, semakin pekat
Menutup hari nan penat

Sunyi malam ini begitu pekat
Dari yang datang biasanya
Yang sudah lama menjadi teman
Mengantar angan tanpa sekat
Menari-nari beriring kabut

Malam kusut nan sekelam jelaga
Selalu berhasil mengundang resah
Resah akan fatamorgana dunia

Dalam resah, tersisip banyak tanya
Namun, bibir ini enggan bertutur
Takut akan merusak suasana
Bila bertutur apa yang dirasa

Ya...
Bibir ini memilih bungkam
Menyimpan kata-kata itu dalam diam
Meski itu akan merusak jiwanya

Bertatap pada kanvas malam
Tersirat akan sebuah makna
Mengabaikan tiap pelik yang mendera
Biarlah tersimpan indah dalam benak

Hitam mengakhiri malam
Dengan tersisip doa pada angin yang menari
"Semoga lekas sirna segala nestapa."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun