Mohon tunggu...
Yayank Maulana
Yayank Maulana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Karyawan PT.Asdp Indonesia ferry (Persero) Cabang Sorong, Papua Barat

Menulis untuk meninggalkan nama bagi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibuku, Adik Iparku

30 September 2015   14:35 Diperbarui: 30 September 2015   16:36 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan berhati Emas itu bernama Sukma..

Masih segar dalam ingatanku. Kala pagi tiba. Sebuah senyum tulus selalu menyapaku. Selalu setiap saat, setiap pagi tiba. Semua yang seharusnya di lakukan seorang Ibu ada padanya. Menyiapkan sarapan pagi untuk aku dan adik-adiku, mecuci semua pakaian kotor yang kami kenakan, mengurus semua keperluan kami yang lain tanpa mengeluh. Sosok Ibu yang telah lama tiada sudah tergantikan olehnya. Kasih sayang & perhatian, setulus hati ia berikan kepada kami tanpa pamrih.

Perempuan itu bernama Sukma, adik Iparku. Sejak ayah dan Ibu tiada, adik iparku adalah segalanya bagi kami. Istri untuk adik laki-lakiku, juga Ibu bagi kami semua. Selain mengurus Swami dan tiga orang anaknya, dengan jiwa yang besar mengurus aku serta Empat Orang adikku yang lain. Tak pernah lelah, tak pernah berkeluh kesah, meski sering terlihat garis kelelahan di wajahnya. Dalam kesulitan hidup yang kami jalani, hati yang bijak penuh kasih menjadi motivasi besar untuk kami sekeluarga. Dimata kami, Sukma adalah segalanya, takkan terganti.

Namun Pagi ini, tak seperti pagi kemarin. Suasana yang selalu tenang dan damai, berubah menjadi duka yang mendalam untuk kami sekeluarga. Perempuan yang selama ini menjadi tumpuan harapan aku dan adik-adikku, telah dipanggil Sang Pencipta untuk selamanya. Seperti malam kehilangan rembulan, kabut duka yang sangat dalam menerpa kami sekeluarga. Kesedihan ini takkan berujung, untuk harus kehilangan matahari keluargaku ini. Sesaat terlintas di benakku, jika Tuhan tak adil, memanggil satu-satunya srikandi keluarga kami. Tanpa sakit yang berarti, tanpa ada waktu untuk kami mrawatnya,menjaganya dan membalas budi baiknya yang selama ini ia curahkan kepada kami, tapi takdir berkehendak lain. Seolah-olah Malaikat maut dipaksa untuk menjemputnya, tanpa belas kasihan sedikitpun kepada keluarga yang ditinggalkan. Tak ada yang bisa kami lakukan, selain pasrah dan menerima apa yang telah menjadi hak Sang Khalik. Dengan segala keikhlasan hati, kami melepas kepergiannya menuju tempat yang abadi. Sesungguhnya segala yang bernyawa, akan mengalami kematian. Tak ada yang bisa kami lakukan, selain Do'a yang selalu kami panjatkan, semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan darinya selama hidup, serta mengampuni segala dosa dan kesalannya sekecil apapun..

Berat mau dikata, inilah hidup, inilah ajal. Tak ada satu manusiapun mampu menolaknya, jika ajal telah datang menjemput. Siap atau tidak, terima atau tidak, semua pasti terjadi. Tak ada yang tahu kapan Malaikat maut datang. Hanya Allah SWT pemilik semua rahasia hidup ini...

Ilustrasi : www.gambarkata.com

Ilustrasi : www.gambarkata.com

Selamat Jalan Ibuku, adik iparku

Segala kebaikan yang kau tinggalkan

Takkan terhapus di hati

Takkan terganti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun