Ceritapun berlanjut di hari minggu, 6 November kemarin. Sebelumnya kami berlima sudah merencanakan untuk menjelajahi wisata Kota Tua. Diantara kami berlima tak ada satupun yang pernah mencicipi wisata Kota Tua. Begitu juga dengan saya yang hanya pernah 2 kali melewati daerah Kota Tua. Terlambat 45 menit dari jadwal yang sudah ditentukan, saya menghampiri Dian dan Fie di Hotel Akmani dengan ojek. Sedangkan Ester dan Lyvia sudah tiba di Kota Tua 30 menit sebelumnya. Mungkin ini pengalaman pertama naik busway bagi Dian dan Fie. Berangkat dari halte Sarinah, sekitar 20 menit kemudian kami sudah sampai di halte Stasiun Kota. Kesempatan ini masih dimanfaatkan mereka untuk mengambil foto. Saya juga menceritakan kepada mereka beberapa tempat seperti Harmoni, Glodok, Hingga Sawah Besar. Mereka tampak antusias sekali dalam perjalanan kali ini. Seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya, Area Kota Tua dpenuhi ratusan atau mungkin ribuan orang. Ini wajar sekali mengingat saat itu adalah hari minggu sekaligus hari raya idul adha. Tapi yang jelas di area ini saya tak menemukan kambing atau pun hewan kurban lainnya. hehehe.. Mengingat waktu yang mulai beranjak siang, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa sepeda untuk tur Kota Tua. Biaya persepeda tanpa tur yakni sekitar IDR15k - 20k perjam. Tapi untuk tur sendiri dikenakan biaya IDR30k persepeda. Ini juga termasuk biaya seorang pemandu jalan dan transit dibeberapa tempat seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari, dan Jembatan Gantung. Perjalanan pun dimulai. Saya membawa sepeda tua bersama kak Fie. Si ester dan Lyvia membawa sepeda sendiri. Sedangkan Dian bersepeda bersama pemandu jalan.
Satu hal yang saya sesalkan disini yakni pemandu jalan seolah tidak menghiraukan kami. Beliau seakan cuma mengantarkan kami pergi jalan-jalan tanpa peduli keadaan kami yang sering tertinggal jauh di belakang. Kalo sampai terjadi apa-apa bisa berabe nih. Tapi gak papa deh alhamdulillah yang penting kami selamat. Tujuan pertama adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Cuaca siang itu memang mendung. Tapi tetep aja kami bercucuran keringat. Tiba disana kami langsung menduduki sebuah kapal yang nampaknya memang sudah lama tidak terpakai. Sayang sekali ya, banyak sampah di samping kapal. Tanpa saya kasih tau blogger pasti tau lah apa yang kami lakukan disana. Cuma foto-foto dan foto-foto. Kami menyebut diri kami sebagai the Pirates of Sunda Kelapa. *pasang penutup satu mata*
Puas berfoto ria kami segera kembali bersepeda untuk pergi ke Museum Bahari. Disini ada beberapa sisa kapal dan alat-alat kapal jaman dahulu. Jaman disaat kakeknya kakek saya masih baru lahir. Jaman disaat tak ada bb, behel ataupun kamera dslr. *
plak* Dengan biaya IDR2k, kami sudah bisa berjalan-jalan mengelilingi museum ini. Saya lihat masih agak kurang terawat sih dibeberapa bagian. Cuma ya
you know me so well lah gimana orang Indonesia. hehehe no offense. Saya cukup kagum dengan beberapa replika kapal dan miniatur pelabuhan yang ada di museum ini. Sekali lima kali kami juga menyempatkan berfoto-foto(lagi)
Saat lagi asyik melihat-lihat museum, kami dikejutkan dengan hilangnya bb Kak fie. Yassalam suasananya mulai berubah deh. Yang semula muka pada senyum malah muka rata. Tapi akhirnya setelah ditelusuri ternyata Kak Fie tak sengaja meninggalkan
blackberry-nya di lobby hotel. Alhamdulillah aja masih bisa terselamatkan. Lega deh kaya abis boker.
Tujuan terakhir wisata kali ini yakni Jembatan Gantung. Kalo menurut saya mungkin sampah yang menggenang di sungai emang perlu diperhatikan deh. Belum lagi bau tak sedap dari sungai di bawah jembatan sungguh tak nyaman. Bukannya saya menghina tempat wisata negeri sendiri, tapi ya mau gimana lagi saya juga gak punya otoritas untuk mengurusi tempat semacam ini. Mau dibersihin sendiri juga kayanya ga mungkin banget. Tapi terlepas dari itu kami masih tetep foto-foto kok. *
nyengir kuda* Capek mengelilingi Kota Tua kami memutuskan untuk kembali ke Sarinah. Rencana ke blok M dibatalkan karena takut Fie dan Dian terlambat pergi ke bandara. Saya yang sejak pagi belum makan berinisiatif untuk segera mengajak mereka mencari makan. Soalnya perut mulai keroncongan dari pagi. Warung Indonesia dia Lantai dasar Sarinah menjadi tujuan kami. Saya merekomendasikan
Dian untuk mencoba Rawon Nguling. Kak
Fie memilih untuk mencicipi Nasi Uduk
Jakarta. Kak Ester mencoba Nasi Lodo Ayam sedangkan si Lyvia menikmati Soto Ayam. Sebelum makan si
Fie dan
Dian sempat berbelanja di Hero. Mereka membeli beberapa teh botol sosro aneka rasa dan permen kopi kapal api. Baru kali ini ada bule beli oleh-oleh di Hero. -.- Waktu itu akhirnya tiba. Waktu yang mengharuskan kami berpisah kembali. Err saya paling males kalo
ngadepin momen kaya gini. Rasanya kurang banget kopdarnya. tapi mau gimana lagi. Waktu juga yang harus memisahkan kita berlima. Kak
Fie juga tak lupa mampir di Circle K untuk membeli sekotak Rokok Sampurna buat temen-temen nya di
Malaysia sana.Tepat pukul 3 sore merekapun pergi kembali ke Malaysia. Senang sekali punya temen seakrab ini. Semoga taun depan kita bisa bertemu lagi.
Thankyou, guys!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya