" Mamak, ini kimchi perdana aku" unjuk temanku di Group Emak Emak Berdaster Omset Milyaran.
Tepuk tangan online pun riuh diberikan. Apalagi sejak WhatsApp bisa kirim sticker aneh aneh. Penuhlah itu satu group dengan beragam kiriman gambar.
Ditambah lagi serial CLOY (Crush Landing On You) yang diperankan oleh Hyun Bin baru saja tamat. Tambah semangat deh teman temanku bikin kimchi. Â Merawat rindu katanya.
"Kimchi itu bagus buat kesehatan fik" ujar Ibu duo T.
"Makanan tersehat sedunia" lanjut yang lainnya bangga.
"Kok tersehat ? yang claim siapa?" Aku penasaran.
" Ya di drama korea" jawab mereka lagi.
Hmmm nggak ada kecap no 2. Pikirku dalam hati.
Aku pun penasaran, mengecek makanan tersehat di dunia melalui Google. Â Memang sih ada Kimchi, Yogurts, Keju, Kefir dan beberapa lagi pangan fermentasi yang berasal dari negera lain. Eh tapi jangan salah, pangan lokal perwakilan Indonesia pun masuk ke dalamnya. Dua sekaligus, yakni Tempe dan Oncom. Yang nyatanya tak kalah nutrisinya, dari pangan fermentasi luar yang memang lebih populer di negara Kita. Padahal Tempe dari Indonesia sudah mendunia. Populer di negara tetangga sampai di Eropa.
Oh iya ternyata sebagian besar masyarakat Indonesia, terlebih generasi millenial tidak tahu bahwa pangan lokal yang difermentasi di Indonesia ini sangat beragam, melimpah sekaligus murah. Jadi bukan cuma, Tempe dan Oncom saja.Bahkan setiap daerah memiliki jenis fermentasi yang dihasilkan dari pengolahan pangan lokal. Proses fermentasi ini pun akhirnya  menghasilkan aneka makanan baru yang unik.
Bisa disebut unik karena biasanya bentuknya jadi khas, aromanya Khas, Dan rasanya pun sangat khas. Lebih hebatnya lagi kandungan nutrisi pangan fermentasi ini jadi berlipat ganda dibanding bahan bakunya.Padahal  nenek moyang kita dahulu membuat pangan fermentasi ini berdasarkan insting. Dan sekedar untuk mengawetkan bahan makanan yang melimpah. Tanpa melakukan penelitian empiris, riset dan lain lain, nenek moyang kita mampu menciptakan aneka bahan makanan baru hasil fermentasi pangan lokal. Â
Fermentasi yang dilakukan para ibu dan nenek moyang dahulu adalah dengan menambahkan bahan bahan pengawet alami seperti menambahkan garam, menambahkan gula, menambahkan asam dengan bantuan mikroba. Sehingga nanti terjadi produk baru yang berbeda dengan bahan awalnya.
Sekarang coba deh tes diri sendiri. Dari beberapa nama makanan yang kusebut ini, berapa banyak yang kamu kenal dan sudah pernah kamu cicipi?
Tempoyak, Dangke, Lemea, Gatot, Mandai Rusip, Bekasam, Dadih, Oncom, Tapai, Peyeum, Brem, Tauco, Tempe? dan masih banyak lagi
Aku sendiri mengakui baru mengenal beberapa yang memang banyak tersedia di pasar tradisional di Kota kelahiranku Palembang, seperti tempoyak, rusip dan bekasam. Atau seperti Tempe, Oncom  dan Tapai  yang juga sudah cukup luas tersebar di seantero nusantara. Bahkan untuk Tempe sendiripun merupakan pangan fermentasi yang populer  hingga ke mancanegara.
Tahukah kamu  "Rasa umami atau gurih alami merupakan salah satu ciri khas yang dihasilkan oleh beberapa hasil fermentasi" Terang salah satu Dosenku saat kuliah di Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya dulu.
Umumnya  pangan lokal yang digunakan untuk pembuatan pangan fermentasi sudah mengandung protein yang cukup tinggi. Sehingga pada  proses fermentasinya  nanti akan menghasilkan sejumlah asam amino dan peptida, termasuk asam glutamat. Seperti yang terjadi pada proses fermentasi ikan dan nasi yang menghasilkan bekasam ataupun rusip.
Makanya khasiat mengkonsumsi menu fermentasi dapat menggugah selera, meningkatkan rasa nikmat makanan sekaligus menaikan nafsu makan. Tidak hanya itu, untuk pangan fermentasi tempoyak yang terbuat dari buah lokal seperti durian. Ternyata juga memiliki kandungan gizi yang unik. Diantaranya adalah protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, Â dan vitamin C.
Dosenku Bapak Rindit Pambayun juga pernah bercerita bahwa " Manfaat probiotik tiga colek Tempoyak sama dengan 2 botol yakult"
Kok bisa sama? Ya bisa, karena tempoyak dapat menjadi sumber probiotik,  dari fermentasi buah durian ini  menghasilkan banyak sekali bakteri asam laktat.  Yang juga sebenarnya ada di olahan yogurt.
Bakteri asam laktat ini sudah banyak diteliti dan dipercaya sangat berguna bagi kesehatan tubuh, terutama pencernaan diantaranya mengontrol infeksi pada usus, meningkatkan digesti laktosa, sebagai antihipertensi dan dapat menurunkan kolesterol. Manfaatnya tentu masih banyak lagi, karena masing masing makanan fermentasi memiliki beragam manfaat.
Uniknya resep fermentasi pangan lokal ini diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun. Seperti proses pembuatan tempoyak, bekasem, rusip yang dulu dilakukan oleh nenek, kemudian ibuku hingga ke aku dan adik perempuanku.
Adikku bisa membuat rusip dan bekasam dirumah. Aku setidaknya bisa membuat tempoyak sendiri. Apalagi sejak tinggal di Jakarta mencari tempoyak di pasar tradisional Jakarta tuh cukup sulit. Karena memang pangan fermentasi Lokal satu ini lebih banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Kemampuan membuat fermentasi dari pangan lokal ini menurutku penting untuk diketahui. Karena kalau tidak pengetahuan tentang pangan fermentasi lokal akan hilang digerus waktu. Sebagai mama muda aku optimis dapat mengenalkan kepada keturunanku nantinya kearifan lokal berupa pangan ini. Di tengah gempuran aneka penganan dari luar Indonesia yang cukup masif mempengaruhi gaya hidup millenial.
Jangankan pangan fermentasi. Kadang pangan lokal seperti rebung, buah tekokak, sayur pakis dll sudah tidak dikenali oleh generasi sekarang. Contohnya cemilan yang lebih disukai anak generasi sekarang adalah cemilan cemilan kekinian yang sebenarnya masuk ke jenis junkfood. Dan makanan kekinian jenis ini ternyata bisa jadi salah satu faktor resiko penyakit tidak menular. Seperti diabetes, hipertensi, Kanker dll.
Karena itu yuk mulai sekarang berkenalan dengan pangan fermentasi dari pangan lokal yang tersedia di sekitar kita. Mulai sertakan serta jadikan salah satu makanan kebanggaan yang bisa kita konsumsi sehari hari. Â Tidak ada salahnya sih mengkonsumsi kimchi, tapi lebih benar lagi kalau kita juga rajin mengkonsumsi fermentasi dari pangan lokal. Kalau orang korea bisa mengklaim bahwa kimchi yang tersehat. Akupun dapat memberikan testimoni Nenekku Halimah yang kini berusia 94 tahun tetap sehat wal afiat karena hanya suka mengkonsumsi pangan lokal termasuk fermentasinya.
Yuk mari lestarikan hasil kreativitas nenek moyang Kita. Fermentasi pangan lokal yang lezat dan juga bergizi. Bonusnya, memberdayakan para petani lokal plus pemberdayaan ekonomi lokal.
Sampai disini dulu ceritaku tentang fermentasi pangan lokal.  Artikel ini merupakan estafet dari grup penulis bahagia.  Sebelumnya ada mas  Topik Irawan, dan estafet selanjutnya diteruskan oleh Mbak Eka Murti.  Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di lain kesempatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H