(Trigger Warning): Tulisan mengandung beberapa cuplikan cerita dan pemberitaan korban
Membuka Luka Anak Indonesia
Usianya sekitar 10 tahun, saat itu ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Tiba-tiba saja berita menyebar begitu hebat, rumahnya dipenuhi oleh wartawan, identitasnya di mana-mana. Semenjak itu ia tidak muncul lagi di sekolah.
Usiaku saat itu mungkin sekitar 11 tahunan, aku tidak teringat jelas hanya saja bayangan itu masih terus mengikuti. Untuk pertama kalinya sekolah kami heboh bukan karena prestasi tapi oleh sebuah tragedi. Itulah tragedy  kekerasan seksual yang pertama kali aku ketahui.
Tubuh mungilnya masih teringat jelas, ia bukan anak yang cukup familiar. Rasa penasaran membuatku tidak jajan hari itu dan membeli sebuah koran yang ia menjadi headline depan. Ku membaca dengan seksama.
Tragedi itu terjadi di gudang  belakang sekolah, seorang guru olahraga memasukan tanganya ke kemaluan gadis kecil itu. Tidak lama ada kabar berhembus dia pun menjadi korban dari tukang becak di pasar dekat sekolah. Mereka melakukan hal yang sama. Bejat sungguh bejat!.
Tapi aku hanya anak kecil yang tidak tahu apa dampaknya. Kabar terbaru saat itu, anak itu pindah sekolah dan pelaku memberikan "uang damai" sejumlah 3 juta. Aku menyahut "Wah,enak dapet duit", namun seketika temanku marah dan menjawab "Uang sebanyak apapun tidak bisa mengobati gadis itu". Aku diam dan bertanya-tanya "Mengapa?".
Kejadian itu sudah terjadi belasan tahun lamanya, namun memori itu masih melekat. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana perjuangan anak itu, luka apa yang terus mengikuti sepanjang hidupnya.
Waktu terus berganti, Kekerasan seksual masih saja terjadiÂ
Tadi pagi tepat hari ini, seperti biasa  menemani mama menonton TV sembari menghirup kopi. Tiba-tiba kopi itu semakin pahit ketika melihat pemberitaan Seorang Anak Dicabuli Teman Ayahnya Sejak 2018 Silam Kasus Terungkap Saat Mengeluh Sakit dengan Ibu.