Hellen Patraliza, S.Pd
" Waah, Mama tidak biasanya jam segini sudah rapi? Kan hari ini libur." Tanya suamiku yang keheranan melihat dandananku pagi ini. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala." Seandainya Mama tiap hari begini, Papa ....???"...Suamiku tidak melanjutkan pembicaraannya. Dia hanya bengong, dan tertawa yang ditahan. Aku yang melihatnya kebingungan.Â
" Papa kenapa ??" Kog tidak dilanjutkan ? Apa ada yang salah ?" Tanyaku keheranan. Bukannya menjawab pertanyaanku, malah suamiku tertawa lepas.
" Iiih aneh Papa ini, ...sudah aah, Mama ga jadi dandan ," ucapku kesal sambil balik badan. " Eits..eits tunggu duluu..masa ngambek gitu sih?" Â ucap suamiku sambil menarik tanganku dengan lembut.
Aku yang masih kesal, masih memalingkan muka. " Ok..ok..Papa lanjutkan..tapi Mama hadap sini dong sayaang..masa Papa bicara sama punggung ?"
Dengan berat hati dan sedikit ngambek, akhirnya aku balik badan menghadap suamiku. Yaa begitulah wanita ingin selalu diperhatikan dan dimanja. Begitu pula dengan aku. Walau kami sudah memiliki tiga buah hati dan satu cucu, namun kami selalu ingin berdua. Bahkan bila sedang bepergian walau hanya dalam kota, kami tidak pernah jalan sendiri-sendiri. Kecuali untuk hal yang pribadi.
" Mama terlihat cantik hari ini, memang sih tiap hari Mama selalu cantik dan berdandan rapi. Tapi ...itu saat Mama pergi bekerja. Nah kalau hari ini Mama cantik dan berdandan rapi, Papa suka aja lihatnya...tapi...berat di ongkos, nambah biaya kosmetiknya ...ha..ha..ha.." ucap suamiku dengan tawanya.
Mendengar suamiku tertawa terbahak-bahak, kucubit-cubit badannya yang gempal. Suamiku berusaha mengelak. Tapi dia tetap tertawa. Rasanya aku yang sudah berdandan untuk membahagiakannya, jadi percuma.
Sejenak aku terdiam. Dan membiarkan suamiku melepaskan tawanya. Kali ini dia memelukku erat. " Maafin Papa ya, Ma. Papa hanya bercanda koq. Papa suka lihat Mama kalau  lagi merajuk. Makin cantik, makin lucu, makin gemes. Jadi teringat masa-masa pendekatan kita dulu ya, Ma." Suamiku berusaha menggoda, dan kembali ke masa silam. Namun aku pura-pura tidak tahu, kubiarkan dia memelukku.
Dasar aku... inginnya selalu diperhatikan, inginnya dipuji, inginnya dia meminta maaf duluan, inginnya diajak jalan...inginnya...inginnya...Seperti kata Nobita, " ingin ini ingin itu banyak sekali." Sehingga aku sadar, sudah memasuki usia 25 tahun pernikahan  kami, kehidupan kami anteng saja. Tidak pernah terjadi ribut yang di luar batas. Karena kami  saling mengisi.
Apalagi sekarang, kami sudah memiliki cucu. Rasanya untuk apa memikirkan yang tidak terlalu penting. Dengan ke-egoan masing-masing. Sekarang lebih ke-kita. Bukan  ke --aku atau ke-kamu. Hidup akan jadi lebih indah, dan berwarna.
Seperti saat ini, sebenarnya aku hanya ngambek kecil, karena aku hanya ingin diperhatikan . Dasar aku...lagi-lagi aku memancing agar suami memperhatikanku. Aku tahu, suamiku paling senang melihatku ngambek dan paling suka menggoda. Tapi nanti  setelah aku diam, dia akan minta maaf sambil memelukku. Ahaa...berhasil aku curi perhatiannya.
Dasar aku...suka memancing kata-kata indah dari suamiku. Karena aku tahu, suamiku bukanlah orang yang sok romantis. Dari masa kami masih pendekatan, hingga ke jenjang pernikahan, suamiku adalah orang terkaku di dunia. Bukan di dunia maya apalagi di dunia persilatan. Tapi real di dunia dalam berita...eh keliru...di dunia nyata.
Aku ingat dulu, waktu pertama kali aku menjadi guru baru di sekolah yang sama dengan suamiku. Waktu rapat, aku dikenalkan oleh Ketua Yayasan di depan guru-guru dan Kepala Sekolah.
" Mohon maaf kepada bapak-bapak guru yang masih jomblo di sini, Bu Ellen jangan diganggu ya, ini sudah saya jodohkan dengan Kepala Sekolah ". Seisi ruangan tertawa, kecuali Dia, sang guru fisika, yang terkenal killer. Dia terlihat anteng sambil memainkan penanya. Sedangkan wajah Kepala Sekolah merah padam, seperti udang rebus, karena sudah sangat lama menjomblo.
Memang saat itu banyak yang jomblo, termasuk Kepala Sekolah. Karena Ketua Yayasan sudah mengumumkan jangan ganggu bu Ellen, maka bapak-bapak guru bukannya mundur, malah makin bersaing tebar pesonanya. Hanya Dia saja yang super acuh kepadaku. Jika di kantor, rekan-rekan bercanda dan mencari perhatian, tapi tidak dengan dia. Jangankan tertawa dengan celotehan teman-teman, senyum pun tidak.