Minapolitan itu hampir sama dengan agropolitan, bedanya, yang satu mina sedangkan yang satunya lagi agro. Mina itu kemungkinan berasal dari bahasa jawa "mino" yang berarti ikan, jadi secara sederhana minapolitan dapat diartikan sebagai kota bisnis yang berbasis perikanan. Sebagaimana kawasan bisnis, selayaknya ada daerah yang menjadi pusat pertumbuhan (growth pole) dan hinterland (daerah pinggiran). Growth pole adalah pusat transaksinya sedangkan hinterland adalah daerah penunjangnya. Harapan dibangunnya kawasan minapolitan adalah adanya kegiatan terintegrasi dimana kegiatan bisnis di growth pole dapat memberikan efek menetes ke bawah (trickle down effect) atau ke daerah hinterland.
Contoh sederhana kawasan minapolitan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Pasar tempat transaksi, di situ ada pabrik ikan sarden. Nah di kampung-kampung sekitar pabrik ada yang jadi kampung nener, ada yang jadi kampung ikan sarden, ada yang jadi kampung pakan ikan, dan seterusnya yang dibutuhkan untuk menunjang pabrik ikan sarden. Itu baru satu contoh pabrik yang dibangun di kawasan minapolitan. Bisa juga industri pengalengan ikan tuna yang sangat cocok dibangun di sekitar samudera (karena tuna adalah ikan laut dalam). Bisa dibangun kampung tambak nener bandeng, kampung tambak bandeng, kampung pakan bandeng dan sebagainya. Kenapa bandeng? Karena tuna biasanya butuh umpan hidup dan bandeng hidup adalah umpan favorit tuna.
Dari contoh di atas, maka pasar dan pabriknya adalah pusat pertumbuhannya sedangkan kampung-kampung penunjang adalah hinterlandnya.
Agar berhasil, kawasan minapolitan harus ditunjang oleh infrastruktur, perbankan, dan lainnya. Dan tak kalah penting adalah melibatkan masyarakat agar mau jadi nelayan yang tidak hanya mengandalkan ikan tangkap tapi mulai membudayakan budidaya karena Kawasan yang baik adalah yang terjamin sustanabilitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H