Mohon tunggu...
C3LOVE
C3LOVE Mohon Tunggu... Lainnya - -

Bisa Karena Terbiasa dan itu berarti bahwa Siap Menerima Kritikan,Omelan dan Cemooh Demi meningkatkan Kreativitas .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan Pejuang Mollo Asal NTT Diundang ke UKSW Salatiga (Jawa Tengah)

25 Juni 2016   16:35 Diperbarui: 8 Agustus 2016   20:46 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Photo Mama Aleta(Baju Hijau) bersama Mahasiswa asal NTT dan Dosen Teologi Ibu Ira.M (Baju Merah))

Senin 20 Juni 2016 , Fakultas Teologi Universitas Satya Wacana Salatiga (UKSW)  telah melakukan  kuliah tamu pada mata kuliah studi gender dan feminisme teologi dengan thema perkuliahan Perempuan Mollo melawan tambang yang dibawakan langsung oleh Mama Aleta salah satu anggota DPRD tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timor (NTT), juga peraih Goldman Environmental Prize pada tahun 2013. Perkuliahan di mulai pada pukul 14.00-17.00 WIB di gedung .E 123 UKSW (Jawa Tengah).

Perkuliahan ini di ikuti oleh berbagai mahasiswa dari fakultas yang berbeda-beda dan tidak hanya dari fakultas Teologi, menurut salah satu dosen 70% adalah mahasiwa yang  berasal dari fakultas lain dan sisanya adalah fakultas teologi sendiri. Mama Aleta  diundang  ke kampus hijau / kampus Indonesia Mini  ini dengan tujuan dapat memberikan motivasi  untuk mahsiswa yang mengikuti perkuliahan studi gender dan feminisme teologi.  Pada  saat penyampaian materi perkuliahan, Mama Aleta lebih sharing mengenai perjuangannya saat  bersama masyarakat  desa di Kecamatan Mollo Kab.Timor Tengah Selatan (TTS), Prov.NTT untuk menghentikan aktivitas dari beberapa investor yang sedang melakukan tambang di daerah tersebut. Beliau mengatakan bahwa, alam itu adalah seorang  ibu yang selalu meberi  makanan dan minum kepada anak-anaknya.Tambang yang ada pada saat itu hanya memberikan kerugian pada masyarakat setempat, sedangkan yang mendapat keuntungan adalah investor yang mengelola dan masyarakat setempat hanya dihadiakan penyakit yang membuat kesehatan mereka terganggu.

Tujuan utama Ia menghentikan adanya tambang di daerah Mollo karena Ia hanya ingin melindungi tanah kelahiran dan keindahan alam seperti apa adanya. Ia mengatakan bahwa “Saya hanya ingin melindungi tanah kelahiran saya dan keindahan alam disekitar saya apa adanya. Setiap orang dapat berjuang untuk mempertahankan alamnya dan hal itu tidak dikenal dari apa latarbelakang jender maupun agama”.  

Mahasiswa yang hadir dari berbagai kalangan fakultas dan asal yang berbeda-beda, mereka begitu antusias ketika mengikuti perkuliahan tersebut walapun durasi  waktunya 3 jam karena Mama Aleta membuat suasana kelas tidak membosankan.

(Sumber:http://us.images.detik.com/content/2013/04/17/464/aleta1.jpg Mama Aleta pada saat penerimaan penghargaan Goldman Environmental Prize 2013.)
(Sumber:http://us.images.detik.com/content/2013/04/17/464/aleta1.jpg Mama Aleta pada saat penerimaan penghargaan Goldman Environmental Prize 2013.)
Menjadi seorang wanita yang berjuang pada saat itu tidak lah mudah, awal mula Ia melakukan perjuangan adalah dengan cara beradaptasi dengan lingkungan disekitar, bersama masyarakat melalui pendekatan adat. Pada saat Ia bersama masyarakat melakukan perjuangan, banyak hal yang tidak Ia ketahui namun Ia selalu tetap berjuang, beberapa istilah  seperti apa itu demonstrasi, apa itu tambang tidak diketahuinya saat ditanyai masyarakat namun ia menjawab pertanyaan mereka dengan pengetahuan seadanya. Bersama masyarakat Ia mulai belajar dan mendapat berbagai  ilmu dari  kehidupannya sehari-hari.  Modal awal dari perjuangannya adalah kepercayaan, Ia percaya bahwa apa yang sedang diperjuangkan akan berhasil pada waktu yang tepat.

 Ketika mengajak masyarakat untuk berjuang melawan para investor, Ia meyakinaknan masyarakat dengan bercerita kepada mereka mengenai hubungan alam dengan manusia. Seperti berikut “Pada saat penciptaan Yang mahakuasa telah menciptakan manusia untuk menjaga, melindungi dan melestartikan bumi ini dan manusia diciptakaan bukan untuk mengahancurkan ciptaan yang sudah diciptakan Mahakuasa kepada manusia, Karena batu adalah tulang dan air adalah darah dan Bumi itu Ibu yang akan menyusui anaknya”. Jika lingkungan ini dihancurkan maka semunya akan menjadi musnah karena alam dan manusia memiliki hubungan timbal balik dan saling membutuhkan satu sama yang lain.

Perjuangannya bersama-sama masyarakat setempat di mulai pada tahun 1995 hingga 2011, pada saat perjuangan Ia sempat di ancam oleh pemerintah setempat namun Ia tidak pernah putus asa, Ia bahkan pernah diancam, dicaci maki, dipukuli ditengah perjalanan saat akan pulang ke rumah oleh sekelompok   orang dan juga dipukuli di kantor bupati, namun semua hal yang Ia rasakan saat itu justru menjadi motivasi untuk dirinya agar tetap berjuang untuk menutup tambang di daerah Mollo. perjuangan panjang itu akhirnya memberikan dampak yang sangat luar biasa karena pada akhirnya tambang telah dihentikan dan kini masyarakat sudah hidup tenang .

Pada akhir perkuliahan Mama Aleta berpesan bahwa menjadi seorang pejuang jangan pernah takut untuk mati, karena mati dan hidup seseorang bukan ditentukan oleh para penguasa tetapi ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Jadilah pejuang yang tidak maju mundur tetapi terus maju pantang menyerah. Bagi putra putri yang sedang berkuliah di tempat rantau pulang dan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin di daerah masing-masing dengan mengaplikasikan modal ilmu yang sudah didapatkan saat studi.

(Sumber http://www.samdhana.org/index.php/detail-stories/fighting-for-ancestral-land-aleta-ba-un-wins-goldman-environmental-prize-2013.Mama Aleta berjabatan tangan bersama Presiden Barrack Obama saat penerimaan penghargaan Goldman Environmental Prize 2013)
(Sumber http://www.samdhana.org/index.php/detail-stories/fighting-for-ancestral-land-aleta-ba-un-wins-goldman-environmental-prize-2013.Mama Aleta berjabatan tangan bersama Presiden Barrack Obama saat penerimaan penghargaan Goldman Environmental Prize 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun