Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dramaturgi Orang Hidup

4 Februari 2023   22:00 Diperbarui: 4 Februari 2023   22:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Duduk di balkon, 4 Februari 2023 (10 bulan lagi menjadi akhir tahun)

Erving Goffman dengan penjelasan interaksionisme simbolik menegaskan kehidupan para aktor di panggung sandiwara. Bertindak karena ekspektasi dari sekitar dan mengenakan keasliannya ketika di balik panggung. Anehnya, para penonton terus menyoraki agar tetap sesuai dengan harapan. Siapa yang merasa betah dan tiada lelah meladeni segala ingin orang lain? 

Acap kali, terbersit untuk menjadi manusia normal dalam arti yang sesungguhnya. Tidak sedang menggunakan topeng atau memiliki dua wajah. Manusia penuh dengan pengharapan dan dilingkupi dengan stigma dalam masyarakat. Keberadaannya tidak dapat digeser ataupun berusaha untuk diubah. Entah sampai kapan perasaan baik-baik saja itu diteruskan.

Seorang anak memegang balon di tangan kiri dan kanannya, ia bergoyang meskipun tidak selaras dengan lagu yang sedang diputar melalui pengeras suara kecilnya. Di depan pom bensin, orang-orang berlalu lalang. Ada orang dewasa bersarung berkutat dengan transaksi pembayaran, ada ibu yang sedang merogoh saku untuk membayar bensin yang akan dibelinya. Ada pula yang menggulir gawai tanpa peduli dengan bahaya penggunaan hp dekat pengisian bahan bakar. Aku pun hanya pengamat yang sedang menunggu giliran yang sama untuk mengisi bahan bakar motor. Alih-alih kasihan pada kondisi yang ada, berdiam menjadi pilihan ternyaman. 

Kaki ini sulit untuk mendekat serta bertanya, "Adik sekolah? Orang tuanya di mana? namanya siapa? Udah lama di sini? sampai kapan akan terus berjoget? Apakah pulang sendiri? rumahnya jauh ga? Besok masih di sini?" Siapa peduli. Pertanyaan itu hanya ada di sarang berpikir tidak pernah terlontarkan. Apakah aku jauh lebih untung atau lebih baik sekarang? Tampaknya hal serupa yang akan kita lakukan menjadi badut sepanjang hari-hari kita berjumpa dengan sesama. 

Barang kali yang membaca sedang sibuk, disela-sela waktu yang ada disempatkannya kata demi kata untuk diselesaikan. Masih ada orang hidup yang berjuang menjadi cerita yang akan disambung dari mulut ke mulut. Akankah kisahnya menjadi akhir yang menarik? Tidak seorang pun memastikannya kecuali sutradara.

Berhentilah menangis sendiri, kau tidak sedang memerankan monolog. Kini kita sedang membuat dialog, untuk menyambung teka-teki akhir sebuah kisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun