Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku Tidak Benar-benar Sendiri

18 Juli 2021   07:00 Diperbarui: 18 Juli 2021   07:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Peduli pada diri sendiri adalah cara terbaik untuk meyakinkan bahwa kita manusia.

Siapa yang pernah merasa seorang diri di dunia? Jika itu Anda, yakinlah bahwa Anda tidak sendirian. Ada begitu banyak tumpukan masalah, beban berat, dan tugas-tugas yang tak kunjung usai untuk dikerjakan. Anda lelah, bosan, dan kehilangan motivasi. Pilihan-pilihan untuk menyerah, menangis, menyesal, dan seperti menemui jarang buntu membuat kita berhenti untuk waktu yang panjang. 

Tak jarang ada orang yang merasa kesulitan untuk berbagi kondisi terburuknya kepada orang lain. Faktornya bisa terjadi karena kurangnya lingkungan untuk bercerita, tidak punya ruang atau kesempatan untuk mengeluarkan peluh, atau belum menemukan orang yang bisa dipercaya untuk tidak menyebarkan kondisi kita saat ini. Sulit juga sih, belum lagi jika kita tipe orang yang suka berjuang sendiri dan memendam sendiri segala rasa yang kita miliki. Kita memaksakan diri kita untuk paham dan mengerti tentang kondisi kita. Kita menjauh dari orang lain dan terus menuntut diri kita untuk mencapai sempurna.

Hal lain yang bisa terjadi kita mulai merasa kita tidak punya cukup kekuatan untuk bangkit. Kita memilih untuk berdiam dan menyalahkan keadaan kita. Mengapa aku masih di sini? Mengapa ini tidak selesai? Kapan aku seperti mereka? Setelah menyalahkan diri sendiri, kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Tindakan ini secara tidak langsung sedang membawa penghancuran terhadap kepercayaan kita pada kemampuan kita sebagai pribadi.

Di dunia ini kita bukanlah satu-satunya orang yang sedang berada di gelanggang pertandingan hidup. Semua orang hampir tiap hari menemui kebuntuan dan kekalahan dalam perjalanan. Banyak orang yang letih dan merasa tidak mampu untuk melanjutkan pertandingan. Namun, kenyataannya ketika mereka memilih untuk melanjutkan mereka bisa menyelesaikan pertandingan yang ada.

Uniknya, setiap saat kita selalu ada di dalam pertandingan. Berdiam pun adalah pilihan kita untuk mengatur strategi berperang kepada diri sendiri. Namun, menyalahkan diri saat belum tiba di garis final adalah pilihan yang berdampak buruk bagi kita sebagai manusia. Kita adalah pribadi yang punya potensi, punya kekuatan, dan keunikan masing-masing.

Kebanyakan orang bermimpi untuk menjadi orang lain, menginginkan prestasi orang lain, dan berharap menjadi orang lain. Siapa yang tidak ingin menjadi cukup untuk segala hal? 

Cukup kebutuhannya, cukup keinginannya, dan cukup menerima diri sendiri. Namun, siapa yang dapat menduga orang-orang yang sedang kita pikir baik-baik saja, sedang dalam kondisi tidak sedang baik-baik saja. Mungkin saja mereka pun merasa tidak cukup dengan ukuran yang mereka punya. 

Menjadi manusia membuat kita sadar bahwa kita adalah kekuatan yang paling peduli pada kita. "Saya adalah kekuatan yang paling bisa mengenali saya". Menaruh pengharapan pada orang lain menjerumuskan saya pada penyesalan. Berharap bisa menjadi orang lain sama halnya menyangkal bahwa saya bisa untuk menjadi diri saya sendiri.

Ada momen yang membuat kita sangat butuh kepada orang lain, sangat ingin didengarkan, sangat ingin diperhatikan, tetapi itu semua bisa kita kontrol jika kita yakin bahwa kekuatan utama adalah dalam diri kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun