Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dikasihi atau Mengasihi

13 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 13 Juni 2021   12:02 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Seseorang pernah bertanya, "Mengapa kita harus saling mengasihi?" Pertanyaan ini sederhana, tetapi memiliki jawaban yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang kita mengasihi karena kita makhluk yang unik. Kita mengasihi karena orang lain berbuat baik. Kita mengasihi karena kita merasa kasihan dengan orang lain. 

Kita mengasihi karena kita memiliki moral atau nilai hidup yang wajib untuk berbuat kasih. Kita mengasihi karena kita diberikan kelebihan akan kebutuhan serta kecukupan. Kita mengasihi karena kita memiliki perasaan kepada orang lain. Kita mengasihi karena kita punya tujuan. Namun, bagaimana dengan jawaban saya mengasihi karena saya terlebih dahulu telah dikasihi oleh sumber kasih.

Alasan mengapa seseorang mengasihi pasti memiliki motif atau tujuan yang erat dengan definisi kasih menurut pandangan orang tersebut. Bagi saya, kasih itu wujud nyata cinta Allah bagi saya. Oleh karena saya telah dikasihi maka saya tau bagaimana cara mengasihi. 

Ketika seseorang membutuhkan bantuan sudah seharusnya kita memberikan bantuan, ketika seseorang membutuhkan hiburan sudah seharusnya kita menjadi penghibur, ketika seseorang membutuhkan telinga maka sudah seharusnya kita sebagai individu yang mengenal kasih menjadi telinga bagi orang lain. Namun, ini sudah umum bagi banyak orang. Alasan ini bisa dikatakan masuk akal. Kita akan lebih mudah mengasihi orang lain karena orang tersebut berbuat baik bagi kita. 

Apakah mengasihi harus dilakukan sebagai bentuk balasan? Bagi saya, kasih bukanlah imbalan atas perlakuan orang lain, kasih bukanlah bayaran atas jasa kebaikan orang lain. Kasih bukanlah paksaan untuk berkorban baik orang lain. Kasih itu dorongan yang timbul karena kesadaran bahwa saya adalah manusia yang dimampukan untuk mengasihi. Kasih bukanlah ikatan darah juga bukanlah balas budi. Bagi saya mengasihi adalah ungkapan syukur atas karunia Allah. 

Jadi, tindakan kasih tidak dilakukan hanya kepada sanak saudara, teman atau rekan yang sudah saling kenal, atau lingkungan yang membuat saya nyaman. Tindakan kasih sudah seharusnya dinyatakan pada semua orang tanpa memandang dekat dan jauhnya hubungan kekerabatan. Kasih tidak dilakukan sebagai balasan, tetapi ditimbulkan dari kesadaran seseorang untuk membagikan kebaikan Allah yang diterima di dalam diri. 

Bagaimana saya mengasihi orang yang berbuat jahat kepada saya? Bagaimana saya membagikan kasih sedangkan saya masih kekurangan? Bagaimana saya membagikan kasih tanpa mengharapkan kasih kembali?

Hanya oleh karena Allah saya mampu untuk melakukannya. Hanya oleh karena Allah saya mampu untuk menyadarinya. Hanya oleh karena Alllah terlebih dahulu mengasihi saya maka saya mampu untuk mengasihi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun