Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Progresif dalam Berpikir

20 Juli 2020   15:00 Diperbarui: 20 Juli 2020   15:16 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sesungguhnya pernah, dalam padatan kalimat sebaris"

"Karena tidak semua tau secara utuh, mereka ragu memberikan apresiasi"

"Tidak demikian,"

"Lalu disimpan aja sampai kapan pak?

Percakapan kami menjadi serius. Pak Hardi adalah sastrawan yang menekuni bidangnya. Ia membuat ruang rahasia di rumahnya sebagai tempat untuk bersantai dan merenung segala peri kehidupan. Ia menuturkan bahwa aku bukanlah orang pertama yang membaca dan memberikan komentar baik.

Aku orang ke puluhan yang terkagum dengan tulisannya. Ia mengajakku ke dalam ruangannya yang padat buku dan tempelan seni di dinding yang memiliki sejarah hebat. Pak Hardi merasa kondisi batin yang tertekan. Ia harus kehilangan orang tuanya dalam bisnis haram. Ia memiliki saudara tetapi tidak pernah bertemu sejak dititipkan di rumah saudara.

Pak Hardi merasakan pilu yang sangat mendalam. Ia teringat masa ketika ia menunjuk sebuah buku yang memiliki sampul menarik untuk dibelinya di sebuah toko. Namun, perih bagai luka yang dibalur garam hatinya. Seorang pemilik toko mengusir ia karena uang yang disodorkannya berupa recehan hasil tabungannya.

Saat terpuruk seperti itu, ia kehabisan akal untuk berkata-kata. Ia pergi ke sebuah danau. Menatap air hijau yang tidak berombak, mendengarkan pilu daun kering yang jatuh ke tanah. Menyaksikan katak melompat ria di rumput hijau. Ia merasa kegersangan yang berarti. Menuliskan keresahan yang membuatnya begitu berduka dan meninggalkan di danau.

Seseorang yang mengetahui Pak Hardi ketinggalan barang segera mengejar dan mengembalikannya kepada Pak Hardi. Bukan dengan sengaja, malaikat yang menolong Pak Hardi memiliki perkara dalam bobot yang berbeda. Perasaan sakit hati pak Hardi terhadap toko buku tersebut membuat malaikat yang bertemu dengannya menemui sang pemilik dan menyerahkan sebuah cek untuk membayar. 

Pak Hardi dengan tekun membaca setiap terang malam. Ia tidak ingin kantuk mengelabui masa depannya. Pria yang disebutnya sebagai malaikat sedikit lega karena tidak hanya ia yang bergumul persoalan kehidupan. Ia menitipkan rumah kepada Pak Hardi karena akan ke luar negeri. Ini bukanlah mimpi yang mengerikan, tetapi sangat mengejutkan.

Pak Hardi berjanji akan merawat rumah selama malaikatnya pergi ke luar negeri. Namun, ada perjanjian yang harus ditandatanagni perihal ruang yang tidak dapat disentuh oleh Pak Hardi. Kisah yang diceritakannya padaku membuatku penasaran untuk kelanjutannya. Pak Hardi menuliskan bait karena perjalanan yang tidak mudah itu mengantarkannya pada satu dunia yang semua orang tidak ketahui yaitu berkembangnya orang-orang dalam hidup karena melalui proses yang sukar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun