Mohon tunggu...
Helen Tuhumury
Helen Tuhumury Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Quiet but an easy going person

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memperjuangkan Kembali Konsumsi Pangan Lokal Maluku di Tengah Kenaikan Harga Beras: Suatu Kebutuhan Mendesak

26 Februari 2024   14:13 Diperbarui: 27 Februari 2024   05:11 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragam jenis umbi-umbian yang masih menjadi bagian dari sumber pangan lokal di Kampung Nelayan Siwalima, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Kerja sama antara pemerintah, produsen pangan lokal, dan sektor swasta dapat membantu memperluas pasar bagi produk pangan lokal Maluku, baik di tingkat nasional maupun internasional. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu pangan lokal Maluku, serta untuk mengembangkan produk olahan yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.

Dalam menghadapi kenaikan harga beras dan tantangan lingkungan global, memperjuangkan kembali konsumsi pangan lokal Maluku menjadi suatu kebutuhan mendesak bagi masyarakat Maluku.

Dengan memilih pangan lokal sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan dan sehat, kita dapat memperkuat ketahanan pangan negara, mendukung petani lokal, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 

Pertimbangan antara konsumsi beras dan pangan lokal Maluku seperti sagu, umbi-umbian, dan sukun sebagai sumber makanan pokok adalah seperti memilih antara kemapanan yang sementara dan ketahanan jangka panjang. Konsumsi beras, meskipun telah menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat Indonesia, sering kali menyiratkan ketergantungan pada impor dan fluktuasi harga yang tidak stabil. 

Di sisi lain, pangan lokal Maluku menawarkan keberlanjutan ekologis dan kemandirian pangan yang tidak dimiliki oleh beras. Analoginya, konsumsi beras adalah seperti memilih jalan pintas yang nyaman namun rentan terhadap risiko, sementara konsumsi pangan lokal Maluku adalah seperti memilih fondasi yang kuat dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik. 

Pilihan ini seperti memilih untuk menaiki kapal pesiar yang mewah tetapi rentan terhadap badai, atau memilih perahu tradisional yang kokoh dan andal di tengah gelombang lautan yang tidak menentu. Meskipun beras mungkin terlihat lebih familiar dan mudah ditemui di pasaran, memilih produk pangan lokal akan membawa kita pada keberlanjutan, keamanan pangan, dan kedekatan dengan budaya lokal yang berharga.

Ayo konsumsi pangan lokal Maluku. Mulai dengan "One Day No Rice"!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun