Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jakarta Kota 1001 Wajah

23 Juni 2021   08:27 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:19 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jakarta Kota 1001 Wajah (Dok. pribadi)

Jakarta
Kota 1001 wajah 

Bagaikan gadis cantik yang bersolek di depan cermin
Berbalutkan pakaian mewah dan anggun bak ratu di singgasana
Berpupurkan bedak dan lipstik yang menyala
Berhiaskan emas dan batu permata mulia
Tapi lupa mandi membersihkan kotoran yang melekat di tubuh

Gedung-gedung menjulang berebut menggapai langit
Saling adu tinggi saling adu megah
Jumawa berdiri kokoh di atas tanah yang semakin hari semakin merosot
Tergerus air laut yang menyusup masuk
Entah sampai kapan akan tetap tegak berdiri

Manusia-manusia berwajah kaku keluar masuk gedung-gedung
Berbalutkan pakaian necis dan aroma parfum
Bergerak tergesa-gesa bagai robot
Hidup tapi tak berjiwa
Saling memangsa saling menerkam
Demi kuasa dan pundi-pundi harta

Trotoar-trotoar berlapis keramik indah
Berjejal orang-orang melintas di atasnya
Sibuk berjalan tergesa-gesa tak menoleh kiri kanan
Tak peduli dengan apapun dan siapapun
Berkejaran-kejaran dengan roda waktu yang berputar
Menyangka hidup ada dalam genggaman tangan

Pemulung-pemulung tua dan muda
Memanggul karung-karung plastik menyusuri jalannya
Manusia-manusia gerobak dan anak-anak kecil tertidur pulas di dalamnya
Berjalan dalam hening melewati ruas-ruas jalannya
Mengais-ngais tong-tong sampah indah warna-warni
Laksana  kemiskinan mereka yang dibungkus kemewahan kota
Berharap sejumput rezeki mengisi perut kosong yang mengiris

Mal-mal memamerkan seribu macam kemewahan dunia
Maniken-maniken cantik memanggil dari etalase toko
Silau perhiasan menyapa dari balik kaca
Jamuan mewah terhidang menggungah selera
Memanjakan mata bagi si empunya uang dan kuasa
Pelayan-pelayan bergegas menyambut tuan dan nyonya
Di tengah perut keroncongan dan dengkul yang mau copot
Mengembang senyum semanis gula

Malam menerbarkan pesonanya
Gedung-gedung menjulang tinggi mendongak ke atas langit berhiaskan cahaya
Gemerlap lampu-lampu bak sejuta kunang-kunang
Saling adu terang dengan cahaya bintang-bintang
Menyangka cahaya abadi bersamanya
Rumah-rumah kumuh tertututup dibaliknya
Menjerit dalam diam di balik selimut kemiskinan

Kota tak pernah tidur
Orang-orangnya tak pernah tidur nyenyak
Si kaya sibuk dengan segala rencana dan siasat
Si miskin sibuk melawan nyamuk dan perut kosong melilit
Besok pagi sandiwara hidup dimainkan kembali

Jakarta
Kota 1001 wajah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun