Anto merasa kesal seharian ini diomelin Emak. Apa saja yang dilakukannya hari ini, pasti dikomentari Emak. Dasar Emak bawel!, batinnya.
Tadi pagi, Anto lagi enak-enaknya tidur, Emak masuk ke kamarnya.
“To, bangun!” kata Emak sambil menepuk-nepuk bahunya.
Dasar Anto. Kalau tidur kayak kebo, susah dibangunin. Emak pun mencoba membangunkan Anto sekali lagi.
“Anto, hei, bangun!” kata emak kali ini dengan suara yang lebih kencang sambil menepuk bahu Anto lebih keras. Tapi Anto tetap saja tidur.
“Anto, bangun! Uda siang nih. Molor mulu kerjaannya. Gimana mau dapat jodoh?” omel Emak sambil membuka jendela.
Anto bergerak secara perlahan memalingkan wajahnya dari sinar matahari, lalu melanjutkan tidurnya.
“Anto, cepatan bangun! Udah jam 10 nih. Masih molor aja,” ujar Emak dengan suara meninggi 7 oktaf. Tapi Anto masih belum bangun juga. Kekesalan Emak memuncak. Emak pun menjewer telinga Anto.
“Bangun nggak,” kata Emak sambal menarik telinga Anto makin keras.
“Aw aw. Iya Mak, Anto bangun,” kata Anto.
Anto pun bangkit dari tidurnya. Lalu dia duduk sambal mengucek-ucek matanya.
Emak pun ngomel lagi, “Eh, bukannya langsung mandi, malah duduk-duduk.”
“Entar dulu dong, Mak. Orang masih ngumpulin nyawa gini. Kenapa sih Mak bangunin Anto? Ini kan hari Minggu. Libur gini,” balas Anto.
“Eh, Anto. Kalau orang tua ngomong, didengerin. Bukan malah membantah. Dasar! Cepatin gih mandi. Kita mau pergi ke rumah Tante Susi,” kata Emak.
“Malas ah ngantarin Emak ke rumah Tante Susi. Emak kan bisa naik ojol. Anto masih capek Mak. Mau istirahat dulu. Semingguan ini lembur,”kata Anto sambal merebahkan dirinya kembali.
“Eh, malah mau molor lagi. Bangun nggak? Kalau nggak bangun, Emak siram air,”ancam Emak.
Mendengar omelan Emak, Anto pun langsung bangkit dari rebahannya.