Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-Orang Datang dan Pergi

22 Mei 2021   12:14 Diperbarui: 22 Mei 2021   12:33 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup bagaikan rumah tempat orang-orang datang dan pergi. Memberi rupa-rupa warna pada dinding hati. Ada yang merah penuh cinta, ada yang kuning penuh canda tawa, ada yang hijau menyejukkan, ada yang biru menenangkan, ada yang hitam mendukakan. Ada yang memberi bermacam warna warna sekaligus bagaikan pelangi dengan berbagai macam rasa.

Ada yang singgah sebentar namun menggores kenangan yang tak terlupakan ataupun seperti angin lalu yang hadirnya tak disadari. Ada yang tinggal beberapa lama, lalu pergi meninggalkan lembar-lembar kenangan manis yang akan diingat sepanjang hayat ataupun meninggalkan keping-keping hati yang hancur. Ada yang tinggal lama sampai maut menjemput, meninggalkan ayaman tali kasih yang kuat bertautan walau sudah tiada. Ataupun rasa benci-rindu yang membingungkan antara cinta yang hangat dan luka yang menyedihkan.

Ada yang menaburkan benih cinta yang menghadirkan kasih sayang dan kebaikan yang tak lekang oleh waktu. Ada yang menanam pohon persahabatan yang menghasilkan buah-buah manis dan bunga-bunga yang indah. Ada yang memberikan kobaran semangat di saat hati lesu. Ada yang mengisi kekosongan layaknya air mengalir di saat hati hampa dan kekeringan. Ada yang membukakan pintu di saat pintu-pintu lain tertutup rapat.

Ada yang menghujam dengan kata-kata tajam dan menusuk seperti sembilu, melemparkan sumpah serapah yang menggarit lubuk hati. Ada yang memberikan harapan kosong layaknya layangan yang putus terbawa angin. Ada yang menjejali iri dan dengki, meninggalkan kemarahan dan kepahitan seperti empedu.

Hidup terus berjalan sampai tiba waktunya nanti untuk kembali. Orang-orang akan selalu datang dan pergi. Warna dan rasa akan selalu hadir menyertai. Akankah memilah mana yang tinggal mana yang pergi? Atau biarkan saja semuanya menyatu membentuk lukisan hidup dengan kisah-kisahnya sendiri, bagaikan mozaik yang terjalin dari awal hingga akhir   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun