Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Diary

Balada di-PHP-in Tukang Air Galon dan Terbatasnya Penyediaan Air Bersih di Indonesia

23 April 2021   16:50 Diperbarui: 24 April 2021   01:59 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: solopos.com

Di-PHP-in tukang air galon itu rasanya gak enak banget. Rasa-rasanya lebih menyebalkan dibandingkan di-PHP-in cowok. Gimana gak kesal? Pagi dipesan minta diantar, eh pulang dari kantor galon air tetap kosong. Padahal haus banget. Mau gak mau mampir ke toko sebelah. Berhubung toko sebelah tidak melayani pengantaran dan saya malas angkat galon, saya berniat membeli air kemasan isi 1.5 liter 3 botol. Besok pagi mudah-mudahan si abang tukang air galon datang, pikir saya. Begitu sampai di toko sebelah, yang niat awalnya beli air kemasan, malah beli yang lain-lain satu keranjang penuh. Ampun deh. Untung air kemasannya gak kelupaan.

Abang tukang galon ini memang langganan kami. Selain air galon, abang tukang galon juga menjual LPG tabung. Jadi sudah biasa wara-wiri di sekitar tempat saya tinggal, dengan motor bebek yang ditempeli kerangka besi tempat menaruh gas LPG. Dulu, si abang tukang galon selalu tepat waktu. Di pesan pagi, paling lama siang sudah diantar. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini justru sering PHP. Siang ditanya kenapa belum diantar, jawabannya nanti sore ya. Masih mengantar pesanan orang lain. Pas sore masih belum diantar juga, jawabannya tarsok tarsok melulu.

Nah, malam itu saya tanya kenapa air galon belum diantar. Alasannya, dia lagi di jalan di suatu daerah. Saya agak bingung sebenarnya  karena daerah yang disebut jauh dari tempat saya tingal. Masak sih antar galon sampai ke daerah sana? Emangnya daerah sana gak ada yang jual air galon apa? Tapi saya tidak mau berdebat. Jadi saya cuma bilang besok apa bisa diantar sekaligus gas juga.

Besoknya, karena akhir pekan, saya berada di rumah seharian. Lha wong miss corona masih merajalela begini, gak berani saya ke mana-mana. Pagi itu, di WAG ternyata orang-orang juga pada bahas abang tukang galon yang suka PHP. Ada anggota WAG yang berinistiaf untuk mencari vendor air galon lain. Kalau beli di toko sebelah, kebanyakan memang pada keberatan. Malas ke luar rumah salah satu alasannya. Ditambah harus angkat galon yang berat, bisa encok dan turun berok. Jadi aja walaupun si abang air galon PHP, tetap ditunggu-tunggu. Mau gimana lagi?

Persoalan air bersih memang jadi masalah di Indonesia. Tidak hanya di Jakarta. Di kota-kota lain juga. Dari yang airnya kecil banget, cuma netes-netes sepanjang malam sampai mati bergilir. Itupun kualitas airnya bukan untuk air minum, hanya air bersih. Terpaksa orang-orang membeli banyak persediaan ember. Bahkan pernah di salah kota tetangga Jakarta, air sudah tidak mengalir berbulan-bulan. Mau buat sumur juga percuma, air tanah sudah tidak ada. Antrian orang membeli air sudah jadi pemandangan biasa. Sampai banyak keluhan bayar air tiap bulan, tapi airnya ngalir juga kagak. 

Karena kualitas air yang tak layak minum ini, mau tak mau orang-orang membeli air minum galon dengan harga yang relatif mahal.  Dalam 3 hari, air galon sudah ludes. Apalagi kalau ada anak-anak balita yang masih minum susu dan peralatan bayi yang perlu disterilkan. Konsumsi air galon pun lebih besar. Untuk menyiasati mahalnya harga air galon, banyak juga yang memilih membeli air galon isi ulang. Walaupun untuk mendirikan depot air ulang harus mendapatkan ijin sesuai Kepmerindag 651/2004, tetap saja ada kejadian bahwa air yang diproduksi tidak layak minum. Saya sendiri kurang begitu tahu apakah ada inspeksi regular ke fasilitas depot air minum. Bisa saja awal berdiri semua peralatan masih bagus. Namun karena kurang perawatan, akhirnya peralatan menjadi tidak steril. Dalam beberapa kasus, ditemukan bakteri E. coli pada air minum tersebut.

Untuk orang-orang yang tidak mampu membeli air galon kemasan ataupun isi ulang, tidak ada jalan selain merebus air dari sumur yang ada. Masalahnya, banyak air dari sumur mengandung kalsium dan magnesium yang tinggi. Mungkin bisa dilihat kalau kita merebus air di panci, ada endapan kuning di bagian dasar panci. Air seperti ini biasanya dikenal dengan istilah air sadah. Nah, kalau air sadah dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

Sangat disayangkan sebenarnya, negara kita penduduknya banyak dan memiliki banyak sumber air seperti sungai, tapi masih tidak mampu menyediakan air layak minum. Padahal air minum adalah kebutuhan pokok, seperti halnya makanan. Dan hingga saat ini, belum ada terlihat upaya untuk menyediakan air kualitas air minum. Jangankan menyediakan air kualitas air minum, menjamin pasokan air bersih saja masih belum mampu. Untuk perumahan-perumahan tertentu, memang ada pengelola perumahan yang menyediakan fasilitas air bersih sendiri sehingga masalah air cuma netes-netes ini bisa dihindari. Tapi kalau dilihat dari skala nasional, paling berapa persen sih?

Kalau misalnya air yang mengalir dari keran kualitas air minum, kita kan jadinya tidak perlu repot repot angkat galon yang buat pinggang encok dan turun berok. Dan kejadian di-PHP-in abang tukang galon tidak perlu terjadi lagi. Dan yang terpenting, kebutuhan dasar masyarakat akan air minum ini dapat terpenuhi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun