Mohon tunggu...
Heldy Leander
Heldy Leander Mohon Tunggu... -

Ambisius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Setapak

21 Maret 2014   05:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13953288491331429369

[caption id="attachment_327611" align="aligncenter" width="300" caption="www.pinterest.com"][/caption]

Sebuah jalan setapak yang sangat gelap tanpa ada sebuah lampu di sisinya, menjadi temanku sehari-hari. Setiap aku pulang bermain futsal aku mau tidak mau harus melewati jalan itu. Meskipun sudah terbiasa melewati jalan tersebut, tetapi tetap saja ada perasaan tegang dan takut ketika melintas di jalan tersebut.

Aku melewati jalan itu biasanya bersama dengan teman-temanku yang lain karena kebetulan rumah kami memang berdekatan. Namun suatu hari aku tidak pulang bersama teman-temanku karena aku masih harus menyelesaikan tugasku, sehingga teman-teman pulang lebih dahulu. Saat itu jam menunjukkan pukul 00.00 saat aku akan melewati jalan tersebut. Kaki ini rasanya menolak untuk melangkahkan kaki di jalan itu, tapi apa daya itu satu-satunya jalan yg bisa ku lewati untuk sampai ke rumah. Dengan berat hati aku melewati jalan itu, melintas di jalan itu dengan jantung yang berdetak dengan keras. Terasa seperti tidak ada kehidupan di jalan itu.

Dalam pikiranku aku harus terus melewati jalan tersebut tanpa menengok ke arah lain selain ke depan. Seketika angin berhembus kencang membuat tubuhku bergetar. Namun kali ini bukan hanya bergetar biasa, tetapi tubuhku merinding karena aku merasakan ada sesuatu di sekitarku. Aku coba untuk terus berpikir positif bahwa tidak akan ada yang terjadi denganku. “semoga bukan pertanda apapun, ini hanya angin biasa”, aku mengatakan itu dalam hatiku sembari meyakinkan diriku sendiri bahwa memang tidak ada sesuatu di sekitarku.

Aku melanjutkan melangkahkan kaki satu demi satu, semakin cepat karena aku ingin segera melewati jalan itu. Tiba-tiba terdengar suara seperti hembusan nafas, dan itu terdengar jelas sekali di telingaku. Saat itu aku mulai cemas karena belum pernah aku mendengar suara seperti itu, tetapi aku terus berjalan berpura-pura tidak mendengar suara itu. Kemudian terdengar lagi suara tangisan, tangisan seorang wanita, suaranya kecil tetapi karena di jalan itu suasana begitu hening, jadi suara itu terdengar dengan jelas sampai jantungku berdetak dengan sangat keras. Aku terus berusaha untuk tidak menengok ke arah manapun selain ke depan. Kemudian terdengar lagi suara, kali ini suara wanita yang sedang tertawa, suara itu awalnya terdengar keras sekali, tetapi lama-lama suara itu semakin pelan dan terasa semakin menusuk ke dalam telingaku. Saat itu aku teringat cerita temanku, “kalo denger perempuan ketawa keras, itu berarti hantunya jauh, tapi kalo suaranya makin pelan, berarti dia tuh ada di deket kita”, kurang lebih seperti itu kata temanku.

Tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranku saat itu, karena aku merasa aku penasaran dan ingin melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekitarku. Lalu ketika ingin menengok ke arah sekitar tiba-tiba angin berhembus kencang, tetapi aku tetap mencoba untuk memberanikan diri melihat ke sekitarku, aku melihat pohon bergoyang dengan keras karena ditiup angin. Ketika aku melihat ke arah belakang tiba-tiba aku melihat perempuan bertubuh tinggi dengan pakain putih dan rambut menutupi wajahnya, aku tahu itu merupakan hantu yang selama ini mengganggu setiap pejalan kaki di jalan tersebut. Seketika tubuhku tidak dapat bergerak, perlahan hantu itu mendekat ke arahku, dan rambutnya tersingkap sehingga aku bisa melihat wajahnya yang menakutkan, dia mendekat sampai hanya berjarak kira-kira 10cm di depanku. Aku tidak bisa menutup mataku, kaki terasa lemas karena baru pertama kali bagiku melihat hal seperti ini. Saat dia menatap wajahku dia tersenyum dan tertawa dengan suaranya yang khas, semakin membuat tubuhku terasa lemas. Aku terus berdoa di dalam hati agar bisa terlindung dari gangguan mahluk yang tidak sama seperti manusia. Kemudian tiba-tiba ia menghilang dan tubuhku dapat digerakkan kembali, seketika itu aku langsung berlari sekencang-kencangnya sehingga akhirnya aku berhasil melewati jalan gelap tersebut.

Ketika aku sudah dekat rumah, aku mampir di sebuah warung. Aku ingin menanyakan sebenarnya apa yang terjadi di jalan itu sehingga begitu mengerikan. Lalu pemilik warung menceritakan seluruh kejadian yang pernah terjadi di jalan itu. Lalu pemilik warung menceritakan seluruh kejadian yang pernah terjadi di jalan itu. Ternyata aku baru mengetahui bahwa di jalan tersebut pernah terjadi pembunuhan, kurang lebih ada 5 wanita yang dibunuh dengan sadis di jalan itu tanpa sebab yang jelas. Ketika tiba di rumah aku langsung berdoa, dan menceritakan kejadian itu kepada kedua orang tuaku, sungguh kejadian yang tidak terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun