Kabupaten Jember, 5 Agustus 2024 - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif Posko 85 di Desa Rowo indah telah menyelesaikan program kerja survei anak putus sekolah di des tersebut. Kegiatan survei merupakan bentuk program kerja yang diamanahkan oleh pihak pemerintah Kabupaten Jember kepada semua kelompok Mahasiswa Kolaboratif. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas anak yang putus sekolah di desa ini diakibatkan beberapa faktor diantaranya: melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, disabilitas, tidak harmoniasan keluarga, dan pernikahan dini.
Program kerja ini dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai universitas yang tergabung dalam KKN kolaboratif. Mereka melakukan survei dengan metode wawancara dan observasi langsung ke rumah-rumah warga Desa Rowo indah. Dari hasil survei, ditemukan bahwa banyak anak yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama masih menjadi prioritas utama bagi sebagian besar keluarga di Desa Rowo indah.
Selain itu, disabilitas juga menjadi faktor signifikan yang menyebabkan anak-anak putus sekolah. Banyak anak dengan kebutuhan khusus yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Keterbatasan fasilitas dan tenaga pengajar yang mampu menangani anak-anak dengan disabilitas menjadi kendala utama. Faktor ketiga yang juga berperan besar adalah pernikahan dini. Banyak anak perempuan yang putus sekolah karena menikah di usia muda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya meningkatkan angka partisipasi sekolah di desa ini.
Di sisi lain, disabilitas menjadi tantangan besar bagi anak-anak di desa ini. Kurangnya fasilitas yang ramah disabilitas di sekolah-sekolah umum membuat banyak anak dengan kebutuhan khusus tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. Mahasiswa KKN menemukan bahwa beberapa keluarga bahkan tidak menyadari adanya hak-hak pendidikan bagi anak-anak dengan disabilitas. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pendidikan inklusif menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Pernikahan dini juga menjadi isu yang kompleks. Selain faktor budaya dan tradisi, pernikahan dini sering kali dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga. Banyak orang tua yang merasa bahwa menikahkan anak perempuan mereka di usia muda dapat mengurangi beban ekonomi keluarga. Namun, hal ini justru dapat memperburuk siklus kemiskinan, karena anak-anak yang menikah dini cenderung tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan pekerjaan yang baik di masa depan.
Mahasiswa KKN juga mencatat bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa ini. Mereka merekomendasikan adanya penyediaan guru-guru untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus, serta peningkatan fasilitas sekolah agar lebih inklusif. Selain itu, program-program pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi angka pernikahan dini.
Mahasiswa KKN juga mencatat bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa ini. Mereka merekomendasikan adanya penyediaan guru-guru untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus, serta peningkatan fasilitas sekolah agar lebih inklusif. Selain itu, program-program pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi angka pernikahan dini.
Program kerja ini juga melibatkan sosialisasi kepada beberapa masyarakat yang ,memang tidak ingin melanjutkan sekolah karena ke-tidak jelasan alasan dan masih memungkinkan untuk melanjutkan sekolah mengenai pentingnya pendidikan inklusif dan upaya untuk mengurangi angka putus sekolah.Â