Di daerah Lebak Banten, khususnya Rangkasbitung, ada sebuah perkampungan yang jauh dari perkotaan, jalanan yang rusak dan banyak hutan hutan yang lebat. Kampung itu bernama Kampung Bantarwaru nama itu dibuat oleh seorang kakek tua yang tinggal di kampung itu namun sekarang kakek itu sudah meninggal dunia. Nama Bantarwaru dibuat karena dulunya di kampung tersebut banyak pohon yang namnya waru, pohon tersebut banyak tumbuh di pinggir pinggir sungai, orang orang di kampung itu menyebut pinggir sungai itu sebagai bantar sehingga terbentuklah nama Bantarwaru, Bantar yang artinya pinggir sungai dan waru artinya pohon waru.
Seiring berkembangnya zaman  pohon waru tersebut sudah tidak ada satupun dipinggir sungai itu dan entah kemana hilangnya bahkan warga disitu pun banyak yang tidak tahu  kemana hilangnya pohon waru tersebut.
 Dikampung Bantarwaru  juga ada sungai yang mengalir yang bernama sungai Cibatu, terdapat sebuah batu besar ditengah sungai tersebut, batu besar itu sudah bertahan selama bertahun tahun di sungai cibatu bahkan anehnya dulu pernah ada banjir besar tetapi batu tersebut tetap ada dan tidak terbawa arus sama sekali.
 Mitosnya didalam batu tersebut ada sosok wanita cantik, mungkin itu adalah sosok penunggu batu tersebut, pernah ada seorang warga namanya pak khaer yang melihat sosok tersebut pada malam hari, pada waktu itu pak khaer ini pulang dari masjid diatas jam 12 malam karena pada saat itu ada sebuah acara di masjid dan acara tersebut selesai pada malam hari dan kebetulan juga rumah pak khaer ini dekat dengan sungai cibatu tersebut, sehingga ketika pulang dia harus melewati sungai tersebut, saat pak Khaer sedang berjalan meleati batu besar itu tiba tiba dia melihat sosok wanita berambut panjang yang sedang duduk di atas batu tersebut tetapi dia tidak melihat wajahnya karena sosok wanta tersebut sedang duduk membelakanginya sejak saat itu pak Khaer pun tidak pernah melewati jalan tersebut pada malam hari dan lebih memilih jalan lain yang jaraknya lebih jauh.
 Dulu di kampung tersebut pernah terjadi kebakaran besar yang membuat semua rumah warga habis terbakar, tidak ada satupun rumah warga yang tersisa pada saat itu, kebakaran tersebut terjadi karena pada saat itu ada seorang warga yang sedang memasak menggunakan tungku api atau kompor zaman dulu yang terbat dari tanah liat, dan tungku tersebut kebetulan dekat dengan tembok atau bilik rumah warga karena rumah warga pada kala itu masih menggunakan kayu dan atap nya pun menggunakan pohon kirai yang sudah kering sehingga ketika api itu terlalu besar menyala maka akan langsung melahap kayu tersebut dan menyebar ke rumah warga yang lainnya karena rumah di kampung tersebut jaraknya berdekatan sehingga api menyebar dan menghanguskan semua rumah dikampung tersebut dan sejak saat itu warga lebih berhati hati ketika memasak atau menyalakan api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H