Hidup Adalah Pertandingan
Banyak di antara kita penggemar olah-raga. Entahkah gemar menggelutinya atau hanya sekedar menonton. Kita boleh belajar banyak dari para atlet. Pelajaran apa itu? Mari kita lihat.
Adakah persamaan antara orang yang bertanding renang dengan bulu tangkis? Keduanya jelas berbeda. Perenang bertanding di dalam air. Mana ada orang bertanding bulu tangkis dalam air. Adakah persamaan antara pemain sepak bola dengan pecatur? Juga berbeda. Pemain sepak bola menyenggol dan menendang. Mana ada orang bertanding catur sambil menyenggol dan menendang? Adakah persamaan antara orang bertanding lari dengan bertinju? Juga jelas berbeda. Begitu pertanding mulai, pelari langsung lari secepat mungkin dan sejauh mungkin. Mana ada petinju yang lompat dari gelanggang lalu lari secepat mungkin dan sejauh mungkin?
Para atlet itu memang berbeda. Tetapi sebetulnya ada persamaan antara semua atlet itu. Ada persamaan antara orang yang sedang bertanding pertandingan apa pun itu. Apa persamaan itu? Persamaan inilah yang harus kita tiru dan lakukan dalam menjalani hidup.
Persamaannya adalah bahwa semua atlet itu melakukan pertandingannya dengan penuh kesungguhan. Mana ada orang bertanding renang sambil bergurau? Mana ada orang bertanding bulu tangkis sambil ngobrol? Mana ada orang bertanding sepak bola sambil mendengarkan radio? Mana ada orang bertanding catur sambil baca pidato? Mana ada orang bertinju sambil mengantuk? Mana ada pelari yang sebentar-bentar duduk isitirahat dulu? Tidak ada!
Semua pemain itu melakukan pertandingannya secara bersungguh-sungguh dan bersemangat. Bukan setengah hati, melainkan sepenuh hati. Bukan sambil main-main, melainkan penuh konsentrasi. Bukan asal-asalan, melainkan sekuat tenaga dan sebaik mungkin. Dalam pertandingan olah raga apa pun, tiap atlet melakukan pertandingannya dengan keinginan menghasilkan hasil yang terbaik. Itulah hakikat sebuah pertandingan.
Hidup ini ibarat pertandingan. Hidup adalah bertanding, oleh sebab itu menjalani hidup perlu keseriusan, keuletan, tanggungjawab dan kerja keras. Kita hidup hanya satu kali. Di sekolah kita bisa mengulang. Jika kinerja kita buruk di sekolah, kita bisa mengulang. Tetapi jika kinerja hidup kita buruk, kita tidak bisa mengulang. Sejarah hidup tidak bisa diputar mundur. Hidup di dunia memang hanya sekali. Hidup adalah bertanding.
Apakah sebabnya nama Raden Saleh, Ismail Marzuki, Chairil Anwar dan Hajar Dewantoro kita kenang? Karena mereka telah menghasilkan hasil terbaik mereka.
Jika kita menghasilkan kinerja yang terbaik, meskipun kita hanya tukang batu atau tukang pahat patung yang membuat patung orang-orang terkenal, maka 50 tahun yang akan datang, orang-orang akan berdecak kagum. “Di sini dulu pernah ada seorang pekerja yang sangat bagus, sebagus Raden Saleh menggambar lukisan, sebagus Ismail Marzuki menciptakan lagu, sebagus Chairil Anwar mengarang puisi dan sebagus Hajar Dewantoro mengajar murid.”
Tukang batu dan tukang pahat itu telah menghasilkan hasil yang terbaik.
Heidy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H