Ahok, siapa tidak kenal nama pendek itu. Siapa pula yang tidak mengetahui sepak terjangnya di Jakarta ini. Dia adalah seorang wakil gubernur yang sangat cekatan, tegas, dan tidak main-main dengan semua ucapannya. Walaupun sebagian orang menganggap ketegasan dan ceplas-ceplosnya dalam bicara adalah titik lemahnya, saya justru melihat sebaliknya.
Ahok telah membuka mata banyak orang, terutama mata para pejabat di negeri ini, bahwa kata-kata mesti diikuti tindakan. Dan tindakan mesti mencerminkan apa yang dikatakan. Bahwa ketegasan dan kepatuhan terhadap konstitusi serta peraturan yang berlaku, haruslah ditempatkan di aras yang paling tinggi. Apapun resiko yang harus dipikul, termasuk perlawanan di sana sini yang datang dari orang-orang tidak sejalan. Karena, biar bagaimanapun pejabat publik harus membuktikan dulu bahwa mereka itu taat kepada konstitusi. Ahok ingin membuktikan kepada kita bahwa tidak semua pejabat itu jelek. Tidak semua pejabat tidak dapat dipercaya.
Mendampingi Jokowi memimpin Jakarta yang heterogen dan sangat besar ini tentu saja memerlukan ketegasan dan keberanian yang luar biasa. Jakarta adalah etalasenya Indonesia, yang menampung berbagai macam orang dari beragam latar belakang dan kondisi sosial. Apapun yang dilakukan, atau hendak dilakukan harus dipertimbangkan sebaik mungkin, dan dikawal seberani mungkin. Kalau tidak, maka jangan harap akan ada program kerja yang berhasil dikerjakan. Kalau tidak ada keberanian mengambil tindakan tegas terhadap sesuatu yang salah, maka jangan pernah berharap Jakarta akan menjadi kota besar yang maju.
Kalau menurut pendapat Ahok, ia akan sangat patuh terhadap konstitusi bukan terhadap apa yang diinginkan sekelompok konstituen. Benar begitu, karena keinginan setiap warga Jakarta pastilah berbeda-beda, kalau pemerintah hendak menyenangkan mereka semua, tentu akan menjadi sangat naif dan tidak masuk akal. Ia bahkan sudah siap mati demi mempertahankan konstitusi dan undang-undang yang berlaku. Apakah kita masih akan menganggap dia itu tidak Indonesia, hanya karena ada keturunan Cina dalam darahnya? Jangan-jangan dia justru lebih Indonesia dari setiap kita yang mengaku-ngaku mencintai Indonesia dan katanya asli Indonesia.
"Siapapun orangnya, jangan lihat kulitnya, tapi lihatlah kontennya. Lihat sikap dan perbuatannya, serta pemikiran-pemikirannya bukan dari keturunan apa ia dilahirkan, warna kulit apa yang disandangnya, dan apa agamanya"
Perjuangan Ahok tidak mudah. Ia harus mendapat pertentangan, perlakuan yang diskriminatif, dan dihantam terus oleh berbagai pihak dengan mengangkat isu sara. Untuk mencapai posisinya saat ini pun, ia harus melalui jalan yang berliku dan mendaki bukit yang terjal. Bahkan pernah di suatu saat, ketika memimpin upacara bendera, ada orang yang tidak suka karena katanya Ahok itu orang Cina. Jalan berliku dan terjal itu akan tetap begitu adanya selama pikiran masyarakat Jakarta masih terkotak-kotak, dan tidak sanggup hidup dalam perbedaan. Padahal, sekarang bukan jamannya lagi membenturkan atau menilai seseorang karena ‘pakaian’ yang ia kenakan. Atau sara yang terbawa dalam diri yang bersangkutan. Tidak bisa seperti itu.
Menjadi pemimpin yang tegas dan bertindak berdasarkan peraturan yang ada memang harus berani mengambil sikap, meskipun itu akan berseberangan dengan apa yang dimaui para pejabat lainnya. Toh, kalau sudah berjalan di aras yang benar, untuk apa kita perlu takut? Ahok menyadari sepenuhnya bahwa komitmen yang ia bangun, serta konsistensinya dalam menjalankan apa yang sudah ia bangun pastilah akan didukung kebanyakan masyarakat Jakarta. Karena itu ia tidak pernah takut mengambil sikap. He dares to be different. Apapun propaganda dengan tujuan melemahkan kerja serta kinerja Jokowi-Ahok pasti akan mendapat perlawanan keras dari masyarakat yang mendukung mereka. Sebab masyarakat tahu, perjuangan Jokowi dan Ahok adalah untuk kebaikan dan kepentingan mereka juga. HS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H