Mohon tunggu...
Heidi Goes
Heidi Goes Mohon Tunggu... -

Saya berasal dari Belgia, tapi pernah setahun di Indonesia (pertukuran pelajar) dan sekarang sudah beberapa tahun, kalau libur, mengajar bahasa Esperanto di Indonesia. \r\nSaya juga sedang bikin penelitian tentang sejarah gerakan Esperanto di Indonesia.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Kembali Chailan Sjamsoe (1905-1962)

21 November 2012   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:54 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beliau mendorong dan menegaskan pergerakan Esperanto di Indonesia sejak 1952, ketika ia kembali dari Eropa setelah kongres universal dan ceramah tamu pertamanya. Ia menjadi ketua Indonezia Esperanto-Asocio (Asosiasi Esperanto Indonesia), Sudazia Esperanto-Federacio (Federasi Esperanto Asia Selatan), serta Islama Esperanto-Asocio (Asosiasi Esperanto Islam).

Berkat dorongannya serta pertolongan pengguna lama Bahasa Esperanto itulah berkembang lebih banyak lagi perkumpulan Esperanto di Indonesia. Pada tahun 1959 telah terbentuk perkumpulan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, Waingapu, Lubuk Linggau, dan Makasar, di mana orang-orang belajar dan mengikuti ujian. Ia mengunjungi perkumpulan-perkumpulan di luar kotanya, dan kadang memberikan hadiah dalam upacara wisuda. Perkumpulan di Jakarta mengadakan pertemuan di rumah beliau. Pada bulan Januari 1953, di bawah redaksinya, diterbitkan majalah "La modera voĉo de Indonezia UEA" (Suara sederhana UEA-Indonesia), yang namanya kadang-kadang berubah (akhirnya dinamai Voĉo el Indonezio (Suara Indonesia) - majalah resmi Indonezia Esperanto-Asocio), dan berlanjut diterbitkan sampai minimal bulan April 1960. Ia memelihara beberapa buku teks dan kamus yang ditulis oleh esperantis Indonesia lainnya. Asosiasi Esperanto juga berniat mengadakan pertemuan, yang akhirnya terlaksana dalam konferensi di Jakarta pada bulan April 1960, karena asosiasi tersebut tidak memperoleh ijin untuk mengadakan kongres di Bandung. Perwakilan dari beberapa kedutaan dan kementerian di Indonesia juga hadir di situ. Chailan Sjamsoe juga menghadiri kongres universal di Brussels (30 Juli - 6 Agustus 1960), dua tahun kemudian, beliau wafat pada usia cuma 57 tahun. Tidak lama sesudahnya, oleh karena keadaan politik, perkumpulan-perkumpulan Esperanto tidak dapat lagi mengadakan pertemuan, dan seluruh gerakan yang telah berkembang karena perempuan kuat ini, menyusut. Ia memiliki lima anak dan setidaknya sebelas cucu.

Saya berterima kasih pada para pembaca dan mengajak anda meneruskan artikel ini dalam rangka menghormati beliau.

Penulis: Heidi Goes

Terjemahan ini terselesaikan dengan bantuan besar dari Endang Sabrina dan Andre Samosir, dua orang esperantis Indonesia muda, kepada siapa saya berterima kasih banyak. Teks dalam bahasa Esperanto beredar hari ini juga di antara para esperantis.

Catatan:

1) Sejak beberapa tahun yang lalu pergerakan Esperanto di Indonesia berkembang kembali. Jika pembaca tertarik, silahkan mengunjungi https://sites.google.com/site/esperantoenindonezio/

2) Pada bulan April 2013 akan diadakan kongres Esperanto Indonesia pertama di Bogor. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi https://sites.google.com/site/iek2013bogor/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun